Pesulap Merah, Perdukunan, dan Madilog: Dialog Membongkar Logika Mistika

Muhammad Firyal Dzikri
744 views

Sosok Pesulap Merah tengah hangat diperbincangkan oleh netizen di Indonesia belakangan ini. Namanya mencuat tatkala ia membongkar berbagai trik sulap dan perdukunan palsu yang dianggap membodohi masyarakat.

Pesulap Merah yang juga dikenal bernama Marcel Radhival ini mendapat sorotan ketika ia berseteru dengan Gus Samsudin. Persoalan bermula ketika Pesulap Merah mendatangi padepokan milik Gus Samsudin di Blitar dengan tujuan membuktikan kemampuan spiritual milik Gus Samsudin. Setibanya di sana, Pesulap Merah dihadang oleh pengacara Gus Samsudin hingga terjadi percekcokan.

Percekcokan tersebut mencapai klimaksnya ketika padepokan milik Gus Samsudin ditutup, penutupan tersebut merupakan tekanan warga sekitar yang merasa tertipu, pun oleh kedatangan Pesulap Merah. Gus Samsudin tak terima jika padepokannya ditutup sementara. Ia melaporkan Pesulap Merah kepada pihak berwajib dengan dugaan pencemaran nama baik dan ujaran kebencian di media sosial.

Selain dilaporkan oleh Gus Samsudin, Pesulap Merah pun dilaporkan oleh Persatuan Dukun Indonesia ke Polres Jakarta Selatan. Pelaporan tersebut didasarkan atas pelanggaran ITE karena para dukun merasa disudutkan dan terganggu dengan berbagai tindak tanduk Pesulap Merah.

Berbagai tindakan dan aksi yang dilakukan oleh Pesulap Merah dalam membongkar trik-trik sulap dan perdukunan memanglah cukup beralasan. Ia hanya ingin memberantas praktik perdukunan tersebut agar masyarakat tidak mudah percaya begitu saja, terlebih jika praktik tersebut hanyalah penipuan belaka yang merugikan konsumen.

Dalam mengampanyekan tujuannya tersebut, Pesulap Merah cukup rajin mengunggah videonya di kanal Youtube pribadinya. Ada banyak trik-trik perdukunan yang ia bongkar rahasianya seperti trik kulhugeni, keris petir, perisai batin, hingga tuyul dalam botol. Video yang diunggah dan menjadi viral tersebutlah membuat para dukun-dukun terusik.

Jika kita cermati, tujuan yang hendak dicapai oleh Pesulap Merah pada dasarnya merupakan upaya dalam membuka mata publik untuk bersikap skeptis dan kritis terhadap berbagai praktik perdukunan. Praktik-praktik tersebut pada dasarnya memang tak masuk secara logika, ditambah seringkali terdapat penipuan berkedok perdukunan. Hal-hal seperti itulah yang barangkali ingin “dilawan” oleh Pesulap Merah.

Apa yang dilakukan oleh Pesulap Merah mengingatkan saya kepada sebuah buku karya Tan Malaka yang berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Buku magnum opus tersebut berusaha mengurai cara pandang Logika Mistika, menurut istilah Tan Malaka, yang menjadi penghalang kemajuan Indonesia karena masih terkungkung oleh hal-hal berbau mistis.

Buku tersebutlah yang seolah-olah berusaha memberikan pencerahan kepada masyarakat Indonesia untuk mengubah cara pandangnya menjadi lebih rasional.

Persis dengan apa yang dilakukan oleh Pesulap Merah dalam membongkar berbagai praktik perdukunan, Tan Malaka melalui Madilog, memberikan penjelasan secara panjang lebar untuk menanggalkan cara pandang Logika Mistika.

Cara pandang Logika Mistika telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia, menurutnya “Buat Timur umumnya dan Indonesia khususnya…masih gelap gulita, diselimuti macam-macam ilmu kegaiban” yang melumpuhkan pola pikir masyarakat Indonesia dalam menangani persoalan—alih-alih menyelesaikan persoalan tersebut secara rasional dan mandiri malah menggantungkan nasib kepada hal-hal gaib seperti praktik perdukunan.

Tan Malaka menyuguhkan tiga aspek penting dalam bukunya untuk lepas dari jerat Logika Mistika.

Materialisme merupakan bagian penting nan mendasar dalam buku ini dalam mengetengahkan suatu persoalan. Matter yang berlandaskan kebendaan inilah yang dapat diverifikasi dan diamati kebenarannya secara langsung ketika melakukan penyelidikan. Berbeda halnya jika yang menjadi landasan adalah hal-hal yang bersifat non-kebendaan, seperti perdukunan, yang tak dapat diverifikasi kebenarannya karena tak kasat mata dan irasional.

Dalam mengupas persoalan yang terjadi di masyarakat, terlebih di era modern seperti ini, hal-hal yang bersifat perdukunan menjadi tidak relevan karena tidak beralaskan matter.

Bagi Tan Malaka, persoalan kompleks yang timbul tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengharapkan kekuatan gaib belaka, tetapi perlu upaya rasional yang logis. Untuk itu, ia menawarkan dua konsep penting: logika dan dialektika.

Dua konsep penting tersebut menjadi landasan utama dalam menyikapi persoalan yang timbul yang berlandaskan kepada matter karena kedua hal tersebut saling berkaitan, bukan terhadap hal-hal gaib.

Jika saya lemparkan kembali persoalan ini dalam kasus pelaporan Pesulap Merah oleh Persatuan Dukun Indonesia, apabila dukun tersebut memang tak mempercayai matter, seharusnya ia menggunakan santet kepada Pesulap Merah, bukan lewat pelaporan UU ITE yang bahkan pasal tersebut sangat karet.

Toh, jika santet tersebut berhasil, publik dapat memberikan penilaiannya tersendiri karena ada bukti.

Bukti inilah yang menjadi dasar timbulnya sebuah fakta dalam mengakurasi sebuah persoalan. Jika bukti tersebut ada dan memang dapat dibuktikan, entah secara observasi atau eksperimen, maka rangkaian bukti tersebut yang berpotensi menjadi fakta.

Begitupun dengan kasus Pesulap Merah yang membuktikan beberapa kebohongan dalam praktik perdukunan, di sini pula jika para dukun merasa berkeberatan, seharusnya mereka membuktikan kemampuannya.

Apabila kita cermati kembali, terdapat beberapa perbedaan yang cukup tajam antara pandangan Tan Malaka dalam Madilog dengan apa yang dilakukan oleh Pesulap Merah.

Jika Tan Malaka menginginkan masyarakat untuk benar-benar lepas dari Logika Mistika, maka ia menanamkan suatu pemikiran yang berdasarkan matter melalui logika ataupun dialektika. Tegasnya, Tan Malaka ingin melepaskan cara pandang yang hanya berpangku tangan kepada ketakhayulan maupun hal-hal yang bersifat non-matter.

Di satu sisi, Pesulap Merah hanya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak terjebak dalam hal perdukunan seperti itu. Terlebih lagi jika praktik perdukunan tersebut memuat hal-hal yang bersifat penipuan dan menuju kesirikan dalam agama Islam.

Alasan yang dikemukakan oleh Pesulap Merah barangkali relatif sederhana dibandingkan Tan Malaka yang berpikir lebih radikal untuk benar-benar lepas dan tak menggantungkan diri terhadap hal-hal takhayul.

Terlepas dari perbedaan tersebut, kasus Pesulap Merah ini memang sangat menarik, ia berusaha membongkar sekaligus menjungkirbalikkan trik-trik perdukunan. Secara lebih jauh, meskipun tak langsung, viralnya Pesulap Merah mengantarkan kembali terhadap khazanah pemikiran Tan Malaka yang terendap dalam Madilog untuk melepaskan diri dari Logika Mistika dan beralih untuk berpikir lebih rasional, kritis, dan progresif.

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran