Jatinangor—Dalam menjalin kolaborasi akademik lintas negara dan memperluas wawasan kebudayaan, Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan Universiti Utara Malaysia (UUM) sukses menyelenggarakan program mobiliti mahasiswa. Program ini dilaksanakan pada 15–21 April 2025 (daring) dan 25–30 April 2025 (luring) di Unpad. Program ini melibatkan lebih dari 40 orang dari pihak Unpad selaku koordinator, penanggungjawab, dan partisipan. Panitia inti terdiri atas 15 mahasiswa Sastra Indonesia, 25 mahasiswa FIB yang meliputi 9 mahasiswa Sastra Indonesia dan dua orang perwakilan dari setiap program studi lainnya di FIB sebagai partisipan, serta 7 dosen. Keterlibatan staf magang dari KUI FIB dan pihak dekanat memperkuat penyelenggaraan acara. Dari pihak UUM, hadir 28 mahasiswa dari program studi Sarjana Muda Sastera Linguistik dan Teknologi Maklumat (BLIT) serta Sarjana Muda Linguistik Terapan dan Pentadbiran Perniagaan (BALBA), didampingi oleh 4 dosen.
Kolaborasi Internasional Dua Institusi Pendidikan
Program ini merupakan realisasi dari kerja sama akademik antara Unpad dan UUM yang sebelumnya telah dimulai melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan pengangkatan Prof. Madya Dr. Hishamudin bin Isam sebagai adjunct professor di FIB Unpad. Dalam MoU ini terdapat bermacam-macam klausul di antaranya visiting professor, adjunct professor, pembiayaan riset bersama, pertukaran dosen sebagai pembicara luar, dan mobiliti pelajar.
Kegiatan berlangsung dalam dua fase. Fase pertama kegiatan dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting yang diisi dengan pengenalan kampus masing-masing, budaya antarnegara, permainan interaktif, sesi pembelajaran kolaboratif, dan forum pematerian yang menghadirkan dosen dari kedua institusi turut memperkuat pemahaman akademik dengan menyampaikan materi “Peribahasa Melayu: Warisan Pemikiran Leluhur” oleh Pensyarah SLCP yaitu Dr. Ahmad Fuad Mat Hassan dari UUM serta materi “Perkembangan Drama Modern Indonesia” oleh Dr. Lina Meilinawati Rahayu, S.S., M.Hum. dari Unpad. Kegiatan ini dikoordinasi oleh mahasiswa dan dosen dari kedua institusi.
Fase kedua dilaksanakan secara luring, mahasiswa UUM berkunjung ke Indonesia dan mengikuti berbagai kegiatan akademik serta budaya. Program ini dibuka pada 25 April 2025 di Aula PSBJ, FIB Unpad. Pembukaan program mobiliti di Unpad ini dilaksanakan bersamaan dengan peluncuran lima buku dalam rangka memperingati hari Buku Sedunia, empat buku karya dosen yaitu Kabar dari Seberang karya Nana Suryana, M.Hum., Aku Ingin Menengok Hatimu karya Dr. Baban Banita, S.S., M.Hum., Hikayat Zaman karya Drs. Waway Tiswaya, M.Hum., Wajah-Wajah Senja karya Dr. Moch. Irfan Hidayatullah, M.Hum., dan Utodistopia karya mahasiswa Proses Kreatif Menulis Cerita Rekaan Program Studi Sastra Indonesia 2023 yang diampu oleh Dr. Muhammad Adji, M.Hum.
Selama kegiatan luring berlangsung, para mahasiswa dari Universiti Utara Malaysia (UUM) mengikuti program akademik yang ada di FIB mencakup berbagai sesi pembelajaran lintas disiplin, seperti UM Classroom Learning yang bertemakan “Gender dan Feminisme” oleh Prof. Aquarini Priyatna, M. A., M.Hum., Ph.D., dan juga “Kebudayaan Sunda” oleh Dr. Taufik Ampera, M.Hum. Ada juga pengenalan kebudayaan dan permainan tradisional masyarakat Sunda yang diadakan bersama mahasiswa Sastra Sunda. Melalui permainan tradisional ini, mahasiswa UUM tidak hanya belajar nilai-nilai budaya lokal secara langsung, tetapi juga merasakan kehangatan interaksi sosial khas masyarakat Sunda.
Selain itu para mahasiswa UUM diajak menjelajahi berbagai destinasi wisata dan budaya di Jawa Barat. Di antaranya, mereka mengunjungi Kawah Putih dan Kebun Teh Rancabali di Ciwidey yang menawarkan panorama alam pegunungan yang memesona serta memperkenalkan mereka pada kekayaan hayati dan pertanian lokal. Kunjungan ke Museum Sri Baduga dan Museum Kota Bandung menjadi momen untuk memahami sejarah dan perkembangan Kota Bandung, yang kemudian dilengkapi dengan eksplorasi Jalan Braga—kawasan bersejarah yang menyimpan jejak kolonial dan menjadi simbol kehidupan urban tempo dulu di Bandung. Tak kalah menarik, para mahasiswa juga diajak menikmati wahana permainan di Jatinangor National Park. Kegiatan ini memberikan wawasan bagi mahasiswa, tidak hanya mengenai kekayaan budaya dan alam Indonesia, tetapi juga tentang kehidupan sosial masyarakat Jawa Barat. Sebelum kembali ke Malaysia, mereka pun diajak menutup rangkaian perjalanan dengan kunjungan ke Kota Tua Jakarta—sebuah kawasan bersejarah yang menyimpan banyak bangunan peninggalan Belanda dan menjadi saksi perjalanan panjang Indonesia menuju kemerdekaan.
Program ini diinisiasi oleh Tanushri Lachumanan, mahasiswa UUM dari program studi Sarjana Muda Sastera Linguistik dan Teknologi Maklumat, yang sejak awal menghubungi Prof. Hishammudin untuk merealisasikan rencana mobiliti “Saya yang pergi jumpa sama dosen, mau buat culture exchange dan pergi ke luar universitas di luar from malaysia. Saya pergi jumpa dengan Dr. Zakuan yaitu adviser bagi persatuan mahasiswa saya, under prodi saya, dia minta saya pergi kontak dengan Prof. Hisham, dan Prof. Hisham banyak connection,” ucap Tanu dalam wawancara bersama Pena Budaya.
Penutupan kegiatan ini berlangsung pada malam Citra Budaya (29/04/2025) di Aula PSBJ, FIB Unpad. Rangkaian kegiatan dibuka oleh pembawa acara, menyanyikan lagu kebangsaan dari masing-masing negara, kemudian sambutan kedua dosen universitas, serta berbagai penampilan lainnya: penampilan tarian dan juga nyanyian dari mahasiswa UUM, tarian Ronggeng Panggung, puisi berantai, pencak silat, penampilan vokal Es Lilin, serta Ketuk Tilu X Jamming. Acara ini diakhiri dengan makan malam bersama.
Kolaborasi Lintas Disiplin dan Budaya: Menyatukan Sastra, Linguistik, dan Teknologi Informasi
Menurut Nani Darmayanti, S.S., M.Hum., Ph.D, selaku Kepala Program Studi Sastra Indonesia Unpad, kedua institusi memiliki karakteristik akademik yang saling melengkapi. “Kedua-dua prodi ini punya karakteristik yang berbeda dalam pandangan saya ya. Kalau kita kan kuatnya di sastra, linguistik, dan budaya. Sementara di UUM itu kekuatannya adalah linguistik dan teknologi maklumat atau teknologi informasi,” jelasnya.
Beliau juga menyoroti pentingnya adaptasi ke era digital yang telah mulai dijalankan oleh FIB melalui mata kuliah seperti Linguistik Digital dan Sastra Digital, sebagai bagian dari pendekatan humaniora digital. “Jadi, saya melihat ada peluang yang bisa saling mengisi, biar mahasiswa kita juga memahami apa-apa kepentingan teknologi informasi itu di dunia linguistik atau juga bagaimana teman-teman di UUM memahami budaya dan juga sastra lebih baik lagi. Jadi, saya melihatnya selain pertukaran budaya, ya tentu pemahaman yang lebih bisa ditingkatkan antara kedua mahasiswa di kedua negara, saling belajar,” ucap Bu Nani.
Hal ini juga dirasakan oleh Reva, koordinator kegiatan dari pihak Unpad, yang menyebut bahwa program ini tidak hanya memberikan pengalaman antarnegara tetapi juga memperluas perspektif mahasiswa terhadap sistem pendidikan dan kebudayaan negara lain. “Nambah wawasan terkait budaya dan pendidikan di Malaysia gimana, dan wawasan baru yang belum pernah aku ketahui secara mendalam. Selain itu juga nambah relasi dengan kenalan sama dosen dan mahasiswa-mahasiswa UUM, jadi lebih berjejaring apalagi ini lingkupnya lintas negara. Yang jadi pembelajaran bukan cuman ilmu-ilmu yang direncanakan di dalam segmen-segmen acara mobilliti ini, tapi mungkin secara gak langsung, kerja bareng sama temen-temen jadi nambah ilmu pengetahuan baru gimana kita harus bekerja sama dengan tim kita kalau misal programnya tuh lingkupnya bukan cuma di prodi doang, Unpad doang. Belajar bahasa baru juga walaupun Indonesia sama malaysia gak yang jauh beda tapi ada perbedaan yang seru sih kalau menurut aku. Keseruannya, pengalaman, serta ilmu-ilmu baru,” ucap Reva.
Dari pihak UUM, Tanu selaku pengarah kegiatan mahasiswa menyampaikan motivasi utamanya, yaitu pertukaran budaya dan memperluas pengalaman internasional. “Tujuan pertama saya ingin culture exchange, kedua saya masih belum pernah jelajah ke luar negara melain Thailand. This will be the first one. Ini adalah program pertama saya sebagai director,” katanya.
Dengan demikian, program ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran budaya, tetapi juga memperkaya pemahaman akademik lintas disiplin dan negara, serta membuka jalan menuju kolaborasi jangka panjang yang lebih luas antara mahasiswa dan dosen kedua universitas.
Penutup: Menjalin Jejak Kolaborasi Institusi Antarnegara
Program mobiliti antara Universitas Padjadjaran dan Universiti Utara Malaysia bukan sekadar kunjungan universitas, melainkan sebuah langkah konkret menuju sinergi akademik dan budaya lintas negara. Selama 14 hari, para mahasiswa tidak hanya belajar tentang keilmuan dan kebudayaan masing-masing, tetapi juga membangun relasi, memperluas perspektif, serta menumbuhkan rasa saling menghargai dalam keberagaman.
Ibu Nani Darmayanti, berharap program ini menjadi awal dari kolaborasi yang berkelanjutan antara Universitas Padjadjaran dan Universiti Utara Malaysia. Ia menekankan pentingnya saling tukar pengetahuan dan pengalaman, baik dalam aspek akademik maupun budaya. “Tentu yang saya harapkan mahasiswa saling mendapat manfaat, saling bertukar pengetahuan, saling tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing universitas, juga saling mengetahui seperti apa budaya dan cara berpikir mahasiswa Malaysia dan juga Indonesia, jadi menjalin hubungan yang baik. Mungkin di masa yang akan datang ada relasi, kalian mau S2 di sana atau dari UUM untuk studi lanjut di sini, sekarang mah gak ada batas untuk berjejaring, baik dalam maupun luar negeri,” ucap Ibu Nani.
Dari sisi mahasiswa UUM, Tanushri menyampaikan apresiasinya yang mendalam terhadap sambutan dari Unpad dan seluruh rangkaian kegiatan yang dinilai sangat lengkap dan bermanfaat. Tanu berharap, nantinya mahasiswa Unpad bisa datang ke UUM “Dari saya, saya ingin cakap terima kasih kepada dua-dua pihak, UUM dan juga Unpad, pertamanya Unpad sudah terima kami punya request untuk hadir ke sini, buat program mobiliti dan juga sediakan kami tentatifnya yang cukup menarik, bawa keluar, shopping, dan juga kuliah, semua lengkap. Saya harap next Unpad will be coming to UUM,” ungkapnya.
Dengan antusiasme yang tinggi dari mahasiswa, dosen, dan institusi penyelenggara, kegiatan ini telah membuka ruang baru bagi kolaborasi internasional. Mobiliti ini membuktikan bahwa batas geografis bukanlah penghalang untuk dapat berelasi dan belajar. Sebaliknya, hal ini menjadi jembatan yang menghubungkan mahasiswa menuju dunia yang lebih terbuka dan kolaboratif.