Segudang Pertanyaan dari Angkatan 2020 mengenai FIB

Nurul Hanifah
1762 views

Halo, saya adalah mahasiswa bayang-bayang. Ups, mahasiswa bayang-bayang? Iya, mahasiswa yang hanya bisa membayangkan kampus dan fakultasnya tanpa bisa melihatnya secara nyata. Mahasiswa yang kehadirannya di kampus tempatnya menuntut ilmu masih berupa bayangan semu. Karena hal ini, terkadang saya suka nggak sadar kalau saya sudah menjadi seorang mahasiswa.

Kira-kira, bagaimana keadaan fakultas itu ya? Fakultas Ilmu Budaya yang sudah lama saya idam-idamkan. Apakah akan sesuai dengan ekspektasi saya selama ini? Saat ini saya membayangkan bahwa lingkungan FIB sangat asri dan ditumbuhi banyak pepohonan rindang yang membuat suasana menjadi lebih sejuk. Lumayan untuk menyejukkan pikiran dari setumpuk aktivitas yang (mudah-mudahan) seru, tapi pasti juga melelahkan.

Apakah benar begitu? Maaf jika saya salah. Karena yang saya lihat saat ini hanya tembok-tembok kamar yang sejak dulu setia menemani belajar hingga larut malam demi fakultas impian itu. Oh iya, siapa pun kamu yang sedang membaca tulisan ini, apakah kamu sering berdiam di bangku biru? Iya, tempat yang katanya sebutan akrabnya adalah adalah bangbir, yang sesekali pernah disinggung saat kita masih menjadi mahasiswa baru?

Saya membayangkan bangku biru adalah tempat yang sempurna untuk membaca novel atau mengobrol bersama teman-teman karena suasananya yang tampak mendukung, dan sepertinya juga bisa memperbaiki suasana hati. Apakah kamu pernah duduk bersama seorang teman di sana? Hal apa saja yang kalian bahas? Pasti seru ya. Mungkin saya harus menunggu lebih lama untuk sekadar duduk disana.

Oh iya, saat menulis tulisan ini, saya sedang menyantap nasi goreng buatan ibu. Rasanya lezat seperti biasanya. Tapi di sana pasti makanannya tidak akan kalah lezat bukan? Karena kabarnya, FIB punya kantin dengan makanan yang serba lezat. Jadi menurutmu bagaimana? Makanan apa yang paling kamu sukai? Dan pertanyaan paling penting, berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk nongkrong di kantin yang ada disana? Saya hanya bisa membayangkannya saat ini. Suatu saat saya juga ingin sekali ke sana.

Hmmm… Fakultas Ilmu Budaya kan? Pasti isi perpustakaan di sana lengkap dan banyak acara-acara yang menyenangkan, benar kan? Apakah ada buku yang menjadi favoritmu? Atau acara mana yang paling berkesan menurutmu? Ah, saya semakin nggak sabar ingin segera melihat perpustakaan yang ada di sana dan mungkin seperti biasanya saya akan kebingungan menentukan buku mana yang akan saya baca lebih dulu karena semuanya menarik.

Oh iya, jangan tertawa ya. Saat ini dalam bayangan saya ketika kita berjalan-jalan di sekitar fakultas, kita akan dengan mudah menemukan mahasiswa asing yang sedang memperdalam Bahasa Indonesia di FIB. Berpapasan atau bahkan mengobrol dengan mereka. Apakah benar begitu? Jika benar, saya menjadi semakin bersemangat! Setidaknya saya bisa memperbaiki kemampuan bahasa asing saya yang (masih) bagitu-begitu saja.

Saya juga penasaran bagaimana ruangan kelasnya. Apakah nyaman? Semoga saja, ya. Karena itu adalah komponen paling penting agar dapat menyerap materi yang diberikan dengan baik. Tapi jangan sampai ketiduran di kelas juga, ya. Senyaman apa pun kelasnya, jangan biarkan rasa kantuk menyerangmu!

Dosen-dosennya bagaimana? Apakah kata-katanya saat menyampaikan materi di depan kelas begitu puitis? Atau apakah ada dosen yang kamu takuti? Teman-temannya pasti menyenangkan ya? Bagaimanapun itu, kamu tetap lebih beruntung karena bisa mengenal mereka secara langsung. Sedangkan saya, masih meraba-raba mencoba mengenal satu demi satu walaupun seringkali terkendala sinyal. Bahkan tekadang saya nggak bisa mendengar jelas apa yang dijelaskan oleh dosen, atau apa yang dipresentasikan oleh teman yang lain karena suaranya putus-putus.

Tapi tenang saja, saya tetap bertahan kok. Ya, walaupun sempat kewalahan saat ujian mata kuliah TPB Bahasa dan mata kuliah lainnya. Kekhawatiran terbesar saya bukan tentang bagaimana cara menjawab soal dengan tepat, tapi justru tentang apakah esok hari jaringan akan bersahabat dengan saya atau nggak. Sebab kini yang punya peran paling besar dalam keselamatan nilai saya bukanlah otak saya, tapi the one and only jaringan. Hubungan saya dengan jaringan kini ibarat love-hate relationship lah.

Terkadang saya membayangkan kalau saya bisa berkuliah secara langsung di kampus, pasti nggak akan seberat ini. Bagaimana menurutmu? Apakah bakal sama beratnya? Tapi saya tetap harus bertahan menghadapi kuliah daring ini dengan segudang kendalanya. Terkadang keadaan memaksa kita untuk melakukan dan bertahan dalam hal-hal di luar dugaan.

Ada satu pertanyaan yang sejak tadi ingin saya tanyakan. Ini mengenai Blue Stage yang kabarnya merupakan salah satu tempat paling ikonik di FIB. Jadi sebenarnya Blue Stage itu seluas apa ya? Jujur saya penasaran dan ingin ke sana. Tapi saya nggak bisa pergi ke sana sekarang. Mungkin kamu sudah pernah pergi ke sana ya? Saya iri! Tapi saya yakin suatu saat pasti bisa. Ini cuma soal waktu.

Maaf ya jika dalam tulisan ini lebih dari separuhnya berisi pertanyaan. Karena saya sangat penasaran dengan fakultas kita. Saya harap kamu yang sedang membaca ini bisa membantu untuk menemukan jawaban dari segudang pertanyaan tentang FIB. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya tanyakan. Tapi saya putuskan untuk sampai disini saja mencecarimu dengan beragam pertanyaan yang ada di kepala, sebelum kamu menjadi pusing karena harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Saya akan menyimpan tulisan ini dengan baik-baik. Agar suatu saat jika saya membaca ulang tulisan ini, saya akan ingat bahwa saya pernah loh melalui masa-masa ini. Nggak penah terbayangkan bukan? Seseorang yang sudah resmi menjadi mahasiswa, tapi nggak bisa menapakkan kaki dikampusnya sendiri. Tapi nggak apa-apa, pengalaman ini akan menjadi bagian kecil dari sejarah hidup saya yang nggak akan pernah terlupakan.

Editor: Tatiana Ramadhina

guest

2 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Penduduk FIB

Untuk menjawab rasa penasaranmu,

Ya, saya sering duduk bersama kengkawan saya di bangbir selepas jam kuliah. Biasanya mereka bermain ML, sementara saya berusaha login ke UnpadWifi yang sinyalnya kerap mati-hidup di sekitar bangbir. Tak jarang kami tidur berselonjor di bangbir. Malu? Tidak, karena mahasiswa FIB cukup cuek dengan hal macam ini.

Benar, makanan di kantin FIB superlezat semuanya. Kalau kamu mau menu yang variatif dengan suasana yang relatif tenang, kamu bisa makan di Kansas. Kalau kamu mau harga yang murah dan suasana yang mahasiswa banget, kamu bisa ke Shokudo. Kalau kamu mau makan sembari berburu mahasiswa Fisip atau FK, kamu bisa mengunjungi Pedca.

Sabar ya, tahan sedikit lagi. Jangan lupa senantiasa ingatkan sanak taulanmu agar selalu menaati prokes supaya keadaan bisa cepat normal kembali. Semangat!

Nurul Hanifah

Wah, saya semakin penasaran. Sepertinya sangat menyenangkan menjadi mahasiswa FIB. Semoga keadaan bisa kembali normal. Salam sehat dan tetap semangat!

Last edited 3 years ago by Nurul Hanifah

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran