Neverland: Mari Bersenang-senang Layaknya Anak-Anak

Redaksi Pena Budaya
865 views
','

' ); } ?>
Pertarungan antara Peter Pan dengan Kapten Hook (Foto : Zahra)

Pertarungan antara Peter Pan dengan Kapten Hook (Foto : Zahra)

“Dua kali belok kanan, empat kali belok kiri, lurus terus sampai pagi, dan kau akan sampai di tempatku: Neverland!”
Kalimat tersebut merupakan slogan yang digunakan pada pementasan teater musikal bertajuk ‘Neverland’. Teater ‘Neverland’ berlangsung pada tanggal 3 dan 4 Mei 2016 di Aula PSBJ FIB Unpad, dan diselenggarakan oleh Forum Masyarakat Teater Sastra bersama Kementerian Seni BEM Gama FIB Unpad. Acara ini melibatkan sembilan komunitas teater di FIB Unpad, antara lain Djati, Tepass, Sejarah, BFLA, Henshin, Mata Mawar, Terus Lekru, Apostrop, dan Sahara.
Pukul 16:11, antrian panjang penonton memenuhi pelataran Aula PSBJ. Meskipun berlangsung cukup lama, antusiasme penonton masih terlihat baik. Pementasan yang terinspirasi dari kisah Peter Pan ini dimulai pada pukul 16:54 dengan pembukaan dari sutradara pementasan, M.H. Dutama.
Berdasarkan penuturan sutradara, konsep yang diusung dalam pementasan ini adalah untuk memberikan kesenangan bagi orang lain melalui cerianya kisah anak-anak. Pembuatan proyek teater ‘Neverland’ ini terinspirasi dari film Peter Pan karya J.M. Barrie. Sutradara yang akrab disapa Tama tersebut beranggapan bahwa melalui teater, silaturahmi dapat terjalin dengan baik dan akan memudahkan seseorang untuk terus berkarya.
“Teater ini sebagai jalan untuk lari dari kehidupan nyata yang monoton. Lebih baik kita memainkan keadaan daripada terus dimainkan oleh keadaan. Mari bersenang-senang seperti halnya di masa kanak-kanak,” tuturnya.
Pementasan ini menceritakan tentang Peter Pan, sang tokoh utama yang berusaha mempertahankan Neverland agar tak dikuasai oleh Kapten Hook, seorang bajak laut yang jahat. Dalam petualangannya, Peter Pan tak sengaja bertemu dengan Wendy di sebuah rumah. Pertemuan tersebut mengantarkan Wendy menuju Neverland dan memulai sebuah ikatan persahabatannya dengan Peter Pan. Tinkerbell, peri pendamping sang tokoh utama yang merasa diabaikan oleh Peter Pan, menaruh rasa cemburu dan bersekongkol dengan Kapten Hook untuk membuat anak lelaki itu menjadi lemah. Saat itulah muncul bibit permasalahan ketika Wendy merasa kesal karena Peter sangat kekanak-kanakan dan keras kepala. Akibatnya, Wendy kecewa dan berniat meninggalkan Neverland. Hal itu membuat Peter sedih dan menjadi lemah saat bertarung dengan Kapten Hook. Di perjalanan pulang, Wendy bertemu dengan seorang dewi yang menasihatinya untuk memberi ciuman pertama pada Peter, karena diyakini dapat membuat anak itu semakin kuat. Wendy pun mengurungkan niatnya untuk pergi dan memberikan ciuman pada Peter. Akhirnya Peter dapat mengalahkan Kapten Hook dan berhasil mempertahankan Neverland.
Selama pementasan berlangsung, penonton sesekali memberi respon positif berupa tepuk tangan. Penonton juga terlihat sangat terhibur saat pemain teater sesekali melontarkan lelucon di sela-sela dialog. Panggung begitu ramai dengan dekorasi seperti rumah pohon dan kapal bajak laut yang menggambarkan Neverland. Aransemen musik pengiring pun semakin mendukung suasana adegan demi adegan dalam pementasan. Hal paling mengejutkan pada acara ini adalah fitur tambahan berupa katrol bergerak yang dipakai para pemain saat adegan terbang. Fitur tersebut menambah daya tarik lebih bagi pementasan, mengingat fitur ini sangat langka digunakan di proyek pementasan sebelumnya. Acara berlangsung dengan tertib dan berakhir pada pukul 18:24.
Dari penjelasan yang dituturkan oleh Upik Larasati, pemeran tokoh Peter Pan, ia menikmati saat memerankan karakter tersebut. Namun, ia tetap menghadapi kendala selama persiapan, seperti penghayatan karakter sebagai Peter Pan yang kekanak-kanakan. Sebagai seorang pemain wanita, sangat memerlukan kerja keras untuk menghayati karakter laki-laki dalam teater ini. Di samping latihan dasar teater, ia bersama pemain lainnya juga berlatih vokal yang keseluruhannya menghabiskan waktu satu setengah bulan.
Adapun cara pemain untuk mengatasi kendala menurut Irsyad, pemeran tokoh sahabat Peter Pan, dengan berprinsip bahwa kita harus melakukan apa yang bisa dilakukan, dan jangan lakukan apa yang tak bisa dilakukan. “Ini adalah awal dari teater kami, teater yang menggabungkan semua sastra. Mari bersenang-senang,” ungkap pemain yang ingin bergabung di proyek pementasan selanjutnya ini.
Alfa Rizki, pimpinan produksi pementasan Neverland, mengakui bahwa kendala yang ia hadapi adalah sulitnya menggabungkan pemain dari 9 komunitas teater yang memiliki karakter berbeda-beda. “Sama sekali tak menyangka bahwa acara ini akan berlangsung dengan baik, dengan persiapan yang sangat singkat,” jelasnya ketika ditanyai mengenai kesan terhadap pementasan hari pertama ini. Ia bahkan menambahkan bahwa jumlah penonton yang memenuhi aula hampir mencapai 500 orang, melebihi kapasitas dan target yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa animo teater gabungan ini sangat tinggi.
Bila dilihat dari segi aransemen musik yang merupakan bagian vital dari teater musikal, Lukman selaku penata musik mencari inspirasi dari musik indie maupun yang berada di media mainstream. Selain itu, ia juga mencari referensi lain seperti video teater musikal untuk memahami jenis instrumen, aransemen dan cara penyampaian musiknya. Adapun untuk latihan intensif bersama keenam pemain musik lainnya berlangsung sejak H-7 pementasan.
Mengenai kesan terhadap pementasan Neverland di hari pertama, penanggung jawab acara, Irfan, berkata, “Menyenangkan sekali dan tentunya pada acara besoknya akan berubah menjadi keharuan luar biasa karena suatu proses yang lama akan selesai pada saat itu”. Ia yakin setelah proyek ini, teater di FIB akan semakin berkembang dan proyek selanjutnya juga akan bermunculan. Irfan juga mengungkapkan keinginannya untuk mencoba style baru untuk proyek yang akan datang.
Dari hasil wawancara dengan Robby, salah satu penonton, pementasan Neverland ini berpotensi menjadi ajang untuk menarik lebih banyak lagi peminat teater karena konsepnya sangat berbeda dari pementasan yang ada sebelumnya. Menurutnya, pesan moral yang disampaikan dari acara tersebut memang tersampaikan dengan baik dan ia memiliki ekspektasi yang lebih tinggi untuk penampilan teater musikal selanjutnya. (AH/KAI)

Subscribe
Notify of
guest

1 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Azzahra Fajri

Wooowww!!!

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran