Lewat Film Black Widow, Ini Saatnya Marvel Melawan Male Gaze

Rida Rasidi
1018 views
','

' ); } ?>

Marvel Cinematic Universe atau MCU telah memasuki phase 4 pada tahun 2021 dengan series WandaVision yang tayang di Disney+ sebagai pembuka. Pahlawan-pahlawan super legendarisnya yang biasa disebut The OG 6 Avengers, beranggotakan Iron Man, Captain America, Thor, Hawkeye, dan Black Widow sudah mulai hilang eksistensinya dalam jagat sinematik Marvel. 

Salah satu anggota The OG 6 Avengers, Black Widow baru mendapatkan film solonya tahun ini. Film Black Widow sendiri tayang di Indonesia pada 16 September 2021 setelah berkali-kali diundur. Eitss, ngomongin tentang Black Widow, kalian sadar ga sih kalau Black Widow adalah satu-satunya karakter superhero perempuan di The OG 6 Avengers. Menjadi satu-satunya karakter superhero perempuan yang muncul pertama kali di MCU seringkali membuat Black Widow mendapat perlakuan Male Gaze.

Male Gaze atau The Male Gaze pertama kali dicetuskan oleh Laura Mulvey dalam jurnalnya Visual Pleasure and Narrative Cinema pada tahun 1975. Dalam jurnalnya tersebut ia mengatakan bahwa Male Gaze merupakan kondisi perempuan dalam media (kebanyakan film) direpresentasikan menurut pandangan dari hasrat laki-laki. 

Dewasa ini, fenomena itu terus marak ditampilkan dalam berbagai film, kebanyakan terjadi pada tokoh perempuan. Salah satu aktris yang seringkali terkena Male Gaze dalam filmnya adalah Scarlett Johansson. Perannya menjadi Natasha Romanoff atau Black Widow dalam Marvel Cinematic Universe tak jarang mendapat Male Gaze.

Male Gaze yang dialami oleh Black Widow bermacam-macam, mulai dari camera movement yang selalu menyorotinya dengan sensual hingga misogini. 

Dalam film Avengers: Age of Ultron terdapat suatu adegan Natasha Romanoff berbincang dengan Bruce Banner tentang perasaan cinta mereka. Natasha Romanoff mencoba meyakinkan Bruce Banner yang ragu terhadap perasaannya karena menganggap dirinya adalah monster (hulk). Natasha mengatakan pada Bruce Banner bahwa di dalam team (Avengers), Hulk bukan satu-satunya monster, ada Natasha yang juga menganggap dirinya monster karena ia tidak bisa memiliki anak karena proses sterilisasi yang terpaksa dilakukannya dulu saat masih di Red Room. Ini salah satu bukti bahwa Joss Whedon, sutradara film Avengers: Age of Ultron adalah seorang misoginis yang menganggap bahwa perempuan yang tidak bisa melahirkan seorang anak adalah monster. 

Black Widow sendiri merupakan karakter superhero perempuan pertama yang dikenalkan oleh Marvel Studios dalam film Iron Man 2. Mencuri perhatian sebagai Natalie Rushman (nama samarannya) dan kostum seksinya. Dalam film-film selanjutnya, Black Widow mempertahankan eksistensinya sebagai karakter superhero perempuan satu-satunya yang menemani Iron Man, Captain America, Hulk, Thor, dan Hawkeye. Hampir tidak adanya interaksi Black Widow dengan karakter perempuan lain dalam film juga menjadi alasan lain ia mengalami Male Gaze, belum lagi sutradara-sutradara film Marvel yang selalu berjenis kelamin laki-laki.

Male Gaze yang terjadi dalam film membawa pengaruh buruk ke kehidupan nyata aktrisnya, Scarlett Johansson. Tidak hanya sekali ia mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang merujuk ke dalam pelecehan seksual dalam interview film-filmnya. Dalam interview kepada Extra pada tahun 2012, Scarlett Johansson pernah mendapatkan pertanyaan tentang pakaian dalam apa yang dikenakannya saat memakai kostum Black Widow. Scarlett yang lelah menghadapi pertanyaan sejenis pun menjawab dengan sarkas, “Sejak kapan orang-orang mulai menanyakan tentang pakaian dalam mereka pada sesi wawancara?”. 

Perempuan-perempuan hebat yang bekerja dalam industri kreatif menciptakan lawan konsep Male Gaze, yaitu Female Gaze. Female Gaze menjadi ajang balas dendam terhadap aktris-aktris yang selalu dilecehkan. Dalam Female Gaze, aktris-aktris tersebut memerankan karakter yang mendapat sorotan lebih dalam kekuatannya, tak hanya menjadi karakter “sampingan” untuk memenuhi hasrat laki-laki. 

Film Black Widow yang dirilis September 2021 ini menjadi angin segar bagi penggemar karakternya yang sudah lama geram terhadap Male Gaze. Disutradarai oleh seorang perempuan yakni Cate Shortland yang pernah menyutradarai Berlin Syndrome, Lore, dan Somersault. 

Dalam film Berlin Syndrome, Cate Shortland juga memberikan unsur Female Gaze yang kuat, dalam film tersebut menceritakan seorang turis perempuan asal Australia yang diculik oleh seorang guru bahasa Inggris psikopat, dalam film tersebut digambarkan karakter perempuan kuat, cerdas. 

Tak heran, Black Widow yang ia sutradarai menyajikan Female Gaze yang apik di dalamnya. Hal-hal yang tidak ada dalam film-film Marvel sebelumnya, seperti bagaimana masa lalu Black Widow yang sejak kecil telah memiliki tekad kuat untuk melindungi adik dan keluarganya, bahkan dalam film ini juga menampilkan karakter perempuan lainnya, yaitu Yelena Belova dan Melina Vestokoff sehingga kita bisa melihat interaksi Black Widow dengan karakter perempuan yang sebelumnya jarang terlihat.  

Subscribe
Notify of
guest

1 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
annisa ayu shafira

kini saatnya semarakan female gaze wkwk

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran