Kau yang Aku Temui di Sudut Perpustakaan, Kumpulan Puisi Putri Selita Firdaus

Putri Selita Firdaus
840 views
Puisi
','

' ); } ?>

KISAH ROMANSA

Jelaga tak tertuai,
ini adalah kisah perjalanan,
seorang keledai,
dengan hati kentara.

Perjalanan tetap sama,
namun kisahnya yang berbeda,
orang yang berlainan,
juga hati yang tertancap kuat.

Ah, terlalu kentara,
rasa yang masih sama,
kepada seseorang yang lama,
dengan termin pertama.

DAN LALU

Berlalu.
Bersama masa yang pilu
Berharap segalanya berlalu
Walau tentu sendu.

Berlalu.
Segala rasa dan karsa
Mengembun dengan waktu
Mengharap segala rasa.

Dan lalu.
Waktu yang perlahan sirna
Berjalan meski tetap bisu
Menyatu dengan semesta.

Biarkan.
Rasa ini menjadi bias
Sempurna bersama awan
Bersama hati yang tak puas.

AKU

Perkenalkan aku,
Seorang wanita yang mencinta
Dengan perasaan penuh kelu
Berharap kelak akan bersama.

Perkenalkan aku,
Yang dengan sengaja
Berani menaruh hati walau luka
Kepadamu yang tercinta.

Meski kenyataannya
Hanya aku yang merasa
Izinkan aku bermabuk ria
Bersama bayangan dirinya.

KAMU YANG AKU TEMUI DI SUDUT PERPUSTAKAAN

Tempat ini menjadi saksi
Hati ini yang jatuh hati
Menghilangkan segala buli
Berharap kelak kita menjadi.

Tempat ini menjadi saksi
Mata kita bertemu
Menyejukan sanubari
Sekaligus penuai luka hati.

Tempat ini menjadi saksi
Bahwa kau menjadi candu
Akan selalu aku datangi tempat ini
Berharap kelak bertemu.

Biarkan buku menjadi saksi
Bahwa aku pernah berdoa
Kepada semesta perihal hati
Yang tak akan pernah bersama.

PEMERAN UTAMA

Aku adalah pemeran pengganti
Dalam kehidupan yang sunyi
Berusaha menjadi utama
Walau tertahan berbagai logika.

Kau adalah pemeran utama
Sejak mata beradu kala senja
Dengan buku yang bersabda
Mengisahkan kita berdua.

Bersahabat dengan keadaan
Bahwa perasaan ini hanya milikku
Dan bagimu hanya pertemanan
Kentara sekali hatiku.

Semua tentangmu selalu menjadi candu
Rambut kribo tak terjamah shampo
Atau kacamata khas dirimu
Jujur ini sungguh gila hingga membuatku salto.

KITA DAN PERASAAN YANG MENGAKAR KUAT

Kala matahari beranjak
Masih wajahmu yang teringat
Walaupun kau pernah membuat muak
Dengan janji yang tak menguat.

Braga kala senja
Gelato juga permadani kuno
Berdua menyusuri kota
Dengan canda jua terita tempo.

Segalanya terasa angan
Kala semesta membuatku sadar
Siapa orang yang aku tahan
Bukan berbicara mengenai pendar.

Tapi luka yang tak kunjung usai
Rasa yang terus mengurai
Padahal sudah terlampau alegi
Dengan segala kisah yang tertali.

Braga kini menambah sejarah
Kala dua insan berjalan bersama
Namun kini segala telah usah
Yang mengarah pada derita.

BACA JUGA Tulisan lain dalam rubrik Puisi dan tulisan Putri Selita Firdaus lainnya.

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran