FENOMENA JOMBLO YANG KIAN MARAK

Redaksi Pena Budaya
906 views
','

' ); } ?>

tr

Seiring dengan tren sosial media yang semakin digandrungi masyarakat terutama kalangan remaja, kini topik yang dibahas pun banyak memiliki keunikan. Remaja yang semakin kreatif akhirnya menciptakan sesuatu yang bisa dijadikan lelucon atau hal lain, hingga hangat diperbincangkan. Karena melalui sosial media semua orang dapat menyapa, berbagi cerita, dan beraktifvitas sosial lainnya tanpa batas. Seiring berkembangnya teknologi, kini kaum remaja sudah tidak asing lagi dengan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, serta Line sekalipun. Segala hal kini mudah diakses dan disebarkan melalui media tersebut. Mulai dari aspek politik, agama, sampai dengan entertainment. Termasuk fenomena jomblo yang kian menjadi pembicaraan unik di kalangan netizen maupun masyarakat umum.

Bila  diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita tidak dapat menemukan kata “jomblo” didalamnya, namun “jomlo” (tanpa huruf b) yang menurut orang Sunda diartikan sebagai wanita yang tak kunjung memiliki pasangan. Di masyarakat Indonesia, istilah tersebut cukup berkonotasi negatif. Namun, seiring berkembangnya zaman, makna istilah ini makin meluas dan mencakup pula kaum pria. Istilah jomblo ini sebetulnya sempat dipopulerkan oleh salah satu band Indonesia pada era 90an melalui lagunya, namun tidak sepopuler yang sekarang ini.

Apa sih menariknya membicarakan jomblo? Itulah uniknya di Indonesia. Kepopuleran tema ini diangkat oleh beberapa meme yang dibuat oleh netizen dalam negeri sejak sekitar tiga tahun yang lalu. Karena meme tersebut sangat menggelitik dan menarik perhatian, jadilah tren baru yang mem-bully orang Indonesia terutama bagi kalangan muda yang tidak memiliki pasangan.

Berkat fenomena jomblo ini, muncul berbagai istilah baru yang diciptakan netizen yang rata-rata adalah kawula muda sebagai pentuk sindiran. Contohnya jones (jomblo ngenes), jokut (jomblo akut), friendzone, php (pemberi harapan palsu) dan sebagainya. Istilah ini selain dipakai di sosial media, juga diterapkan di kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan hal itu, semakin banyak pula meme yang membahas seputar orang Indonesia yang tidak pergi bermalam Minggu karena jomblo. Tentunya hal tersebut hanya digunakan untuk sekadar lelucon.

Berbagai respon diungkapkan oleh masyarakat mengenai tren baru ini. Bagi yang menanggapinya secara positif, fenomena tersebut hanya dijadikan sebagai bahan lelucon yang kerap menghiasi media massa. Namun, bagi yang menanggapinya secara negatif, tidak jarang menyindir dan mengkritik secara terang-terangan karena menganggap hal tersebut sebagai penghinaan. Bahkan ada netizen yang secara serius melarang adanya tren ini dan mengait-ngaitkan dengan aspek keagamaan.

Apa yang menyebabkan tidak sedikit orang Indonesia yang memilih untuk menjomblo? Ada berbagai macam faktor seperti trauma dengan pengalaman berpacaran, belum menemukan pasangan yang cocok, fokus pada studi, bahkan berkomitmen untuk langsung menikah daripada berpacaran terlebih dulu. Meskipun demikian, nampaknya sebagian besar masyarakat Indonesia terutama yang merasa dirinya jomblo hanya menganggap hal itu sebagai sensasi tersendiri. Tidak sedikit dari mereka yang sengaja mengumbar status jomblonya di depan umum, seperti di sosial media demi mengikuti kepopuleran fenomena ini. Ini membuktikan bahwa kalangan jomblo di Indonesia justru merasa percaya diri dengan statusnya. Sebagian dari mereka malah merasa bebas karena tidak terikat dengan kekasih. Mereka justru dengan bebasnya mengembangkan hobinya masing-masing dan bersosialisasi dengan siapa saja.

Selain dijadikan meme, tema jomblo ini juga menarik dijadikan bahan untuk cerpen, novel, komik, bahkan materi stand up comedy. Banyak pula karya-karya anak muda Indonesia yang mengangkat ke-jombloannya menjadi hal bermanfaat yang bisa diperhitungkan. Contohnya Raditya Dika, komedian sekaligus novelis inspiratif dengan novel-novelnya yang diangkat dari pengalaman pribadinya yang menggelikan. Secara tidak langsung, tren ini memberikan energi positif bagi kawula muda. Hal ini membuktikan bahwa energi positif kini tidak hanya didapat dari motivasi sang kekasih, tanpa kekasih pun pemuda Indonesia masih bisa mendapatkannya.

Saking populernya fenomena jomblo di Indonesia, Walikota Bandung Ridwan Kamil bahkan sampai membangun dan meresmikan Taman Jomblo di bawah jembatan layang Pasupati pada awal tahun 2013. Di taman tersebut terdapat tonggak-tonggak yang dipergunakan sebagai tempat duduk yang hanya cukup untuk 1 orang. Hal itu sengaja dibuat oleh Kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) untuk mengapresiasi para jomblo khususnya di kota Bandung. Beliau bahkan sampai membuat gurauan yang melarang orang-orang untuk berpacaran di taman seluas 30 m x 25 m tersebut. Dengan demikian, bukan tidak mungkin jomblo tidak bisa berkreasi dengan sewajarnya. Karena banyak yang mendukung dan mungkin bisa lebih kreatif dari mereka yang punya pasangan. (KAI)

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran