Yang Tengah Dirindukan

Redaksi Pena Budaya
705 views

Setahun lalu, di tanggal Hijriah yang sama, kita mungkin tengah  menahan lapar dan haus di Jatinangor. Namun, kita kini dipulangkan ke daerah asal, mendekam di rumah karena pandemi.

Lantas, sebagai Nangorian sejati, kita merasakan kerinduan akan suasana Ramadan di kecamatan kesayangan yang mungil itu. Sebagai contoh, beberapa cuplikan momen puasa ini barangkali akan sukses memaksa hati berontak dan membuat ingin segera kembali ke Jatinangor.

1. Memintas Hawa Pegunungan Jatinangor Dini Hari

Di Jatinangor, pukul setengah empat dini hari, orang-orang mulai bangun dari tidurnya, bersiap untuk sahur. Sebagian ada yang memasak, ikut katering, membeli makanan sejak malam hari, atau ada pula yang keluar kosan mencari warung makan.

Saya masuk golongan ke empat, memilih memintas hawa pegunungan Jatinangor dini hari untuk mencari sesuap nasi bagi perut yang kelaparan ini. Padahal, suhu Jatinangor sudah sepoi-sepoi meskipun terik di siang hari, apalagi setengah empat dini hari? Tak jarang, suhunya bisa di kisaran 14 derajat celsius, cukup membuat bulu-bulu tubuh saya merinding kedinginan di atas motor.

Meski di jalan terbilang sepi, tapi tidak di warung-warung makan. Antrean mengular panjang. Telat sedikit, kita akan ketinggalan dan agak membuat sport jantung, lantaran takut tak sempat pesan tapi sudah keburu azan.

Sementara itu, orang yang antre bisa dibagi jadi dua golongan, yang makan di tempat dan yang memilih dibungkus lalu makan di kosan. Kali ini, saya termasuk golongan pertama. Selalu bela-belain makan di tempat meski tak kebagian kursi. Sahur di pinggir jalan sambil didekap dinginnya Jatinangor? Tak masalah!

2. Perubahan Jadwal Kuliah

Saat Ramadan, jadwal kita tentu mengalami perubahan. Yang mendasar, waktu makan dan tidur. Seiring dengan itu, Unpad seolah mengerti, jadwal kuliah pun turut disesuaikan. Misalnya saja durasi perkuliahan.

Sebagai contoh, di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), durasi perkuliahan di waktu selain Ramadan adalah 100 menit. Tetapi, selama bulan Ramadan, dipangkas 80 menit saja. Ini berlangsung selama lima hari kerja, meskipun sedikit berbeda pada hari Jumat karena menyesuaikan jadwal salat Jumat.

Kelas pagi memang tetap dimulai pukul 07.30, tapi tenang saja, kantuk tak perlu ditahan lebih lama, sebab kelas akan selesai lebih cepat, tepat pada pukul 08.50. Begitu pula dengan mahasiswa yang masuk pada jam ke-4 atau jam terakhir.

Unpad dirasa begitu pengertian dengan mengawali perkuliahan terakhir pada pukul 13.00 dan mengakhirinya pukul 14.20. Mahasiswa dan dosen bisa lebih awal menyiapkan diri untuk berbuka puasa atau barangkali sekadar istirahat terlebih dahulu sebelum mulai berburu takjil.

3. Berburu Takjil di Bale Pabukon

Ini dia yang ikonik saat puasa di Jatinangor sejak tiga tahun silam. Berlokasi tepat di seberang gerbang lama Unpad, Bale Pabukon sukses menarik perhatian insan-insan yang gemar berburu takjil untuk berbuka.

Di halaman gedung, berjejer puluhan stan yang menjajakan berbagai jenis makanan. Mulai dari takjil sejuta umat, yakni gorengan dan es buah, aneka satai dan dimsum, sampai makanan berat seperti nasi dan ketoprak. Tak kalah penting, soal minuman pun tak hanya es teh manis saja, tetapi juga ada susu, teh lemon, es kelapa, dan varian minuman segar lainnya.

Di antara mahasiswa yang berburu takjil di Bale Pabukon, tak sedikit pula mahasiswa aliran danusan yang ikut menjajakan dagangannya di sini tanpa menggunakan stan. Cukup berkeliling atau menetap di satu spot, lalu mempromosikan isi jualannya dengan semangat.

Bagi yang membawa kendaraan, tidak perlu pusing memikirkan tempat parkir. Pihak Bale Pabukon sigap menyediakan lapangan parkir tepat di sebelah kanan pintu masuk utama halaman Bale Pabukon.

4. Takjil Gratis di MRU dan Gerlam

Malas bejubel di Bale Pabukon? Sedang mengalami krisis moneter dompet pribadi? Ingin duduk manis menunggu azan Maghrib tapi tetap dapat takjil gratis nan enak? MRU (Masjid Raya Unpad) dan Gerlam, jawabannya!

Saat bulan puasa, berdasarkan tuturan Takmir DKM MRU, Muhammad Faisal, pihak DKM MRU dan PUJ Syamil bekerja sama menyediakan takjil gratis di basement Masjid. Lazimnya, 15 menit sebelum azan Magrib, basement akan dikosongkan. Lalu, pengurus DKM MRU dan PUJ Syamil akan mempersiapkan takjil yang hendak dibagikan.

Menurut Yulia, mahasiswa Sastra Indonesia Unpad, biasanya pengurus menyajikan sepiring gorengan dan satu gelas es buah bagi setiap orang. Selain takjil, pihak MRU juga kerap menyediakan makanan berat dalam jumlah terbatas.

Di Gerlam, takjil gratis banyak dibagikan oleh anggota organisasi-organisasi mahasiswa atau perorangan yang memang ingin berbuat baik di bulan suci ini. Saking banyaknya, jika kamu bolak-balik keluar masuk gerbang lama Unpad, akan ada saja yang menawarimu takjil gratis.

Tapi, selama kamu mampu membeli kudapan sendiri, biarkan takjil gratis itu untuk orang yang lebih membutuhkan, ya!

5. Bukber dengan Teman Kepanitiaan atau Organisasi

Bulan Ramadan, saatnya sibuk menandai kalender buat bukber! Tanggal sekian dengan himpunan, tanggal sekian dengan UKM, tanggal sekian dengan kepanitiaan fakultas, tanggal sekian…

Menjelang magrib, rasanya tak asing dengan pemandangan tempat makan yang diisi oleh sekumpulan mahasiswa. Jatinangor yang meriah dengan tempat makan murah, memang menjadi surga tersendiri untuk mengadakan rapat berkedok bukber dengan teman kepanitiaan atau organisasi.

Tulisan “Reservasi” kerap ditemukan di tempat-tempat makan pada sore hari. Riuh rendah pembahasan program kerja dan tetek bengeknya, acap kali terdengar di tiap juru tempat makan. Selain menjadi ajang untuk rapat, bukber juga jadi ajang silaturahmi, berbagi canda tawa, dan bonding irit biaya. Itu semua menjadi sekelumit kisah Ramadan di Jatinangor.

Pandemi memang menyebalkan. Kini, tak ada lagi hawa dingin yang perlu dihalau, menahan kantuk saat mendengar dosen di kelas, berdesakan di Bale Pabukon. Tak ada lagi menunggu takjik manis nan gratis dari orang-orang baik hati, tak ada lagi bukber dengan teman-teman yang dipenuhi pembahasan menyenangkan.

Pandemi memang menyebalkan, tetapi karenanya, banyak perantau yang dapat berpuasa kembali dengan orang-orang tersayang di rumah. Apapun itu, kita harus tetap bersyukur dengan sisi positifnya, bukan?

Jadi, dari lima momen di atas, mana yang paling kamu rindukan? (Zai)

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran