TRIDHARMA

Redaksi Pena Budaya
759 views
','

' ); } ?>

logo-unpad1

Pernahkah Anda mendengar istilah “Tridharma Perguruan Tinggi”?

Sebagai mahasiswa harusnya istilah itu sudah tak asing lagi terdengar di telinga, bahkan sudah sewajarnya Tridharma Perguruan Tinggi menjadi bagian dari keseharian kita. Terlebih saat untuk pertama kalinya kita mulai memasuki dunia Perguruan Tinggi, disanalah kita dikenalkan dengan lingkungan dan aturan yang berlaku di kampus tertentu, dan Tridharma Perguruan Tinggi biasanya selalu diikut sertakan dalam materi pengenalan kampus.

Termasuk kampus tercinta Universitas Padjadjaran yang setiap tahun ‘sukses’ menyelenggarakan acara PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) atau yang biasa kita sebut sebagai Prabu Unpad (Prosesi Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran). Bagi sebagian mahasiswa, mungkin ada yang masih mengingat apa saja yang menjadi suguhan pada acara Prabu Unpad. Acara yang selalu digelar setiap tahun, dan mungkin hanya bisa dirasakan sekali saja ketika menjadi mahasiswa baru di Universitas Padjadjaran. Biasanya Tridharma Perguruan Tinggi tak lepas dari acara ini bukan?

Namun, apa jadinya jika mahasiswa Unpad ternyata tak banyak yang tahu apa itu Tridharma Perguruan Tinggi? Berdasarkan data hasil survey yang dilakukan oleh tim Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Persma Pena Budaya FIB Unpad, 70 dari 100 mahasiswa Unpad tidak mengetahui Tridharma Perguruan Tinggi. Survey ini dilakukan dengan cara menyebar kuisioner kepada 100 mahasiswa Unpad secara acak pada tiga titik yang dijadikan lokasi strategis, yaitu area sekitar gerbang lama, area sekitar ATM center, dan area sekitar Masjid Raya Unpad. Survey yang diadakan pada pertengahan September ini menghasilkan data yang cukup mencengangkan. Dari 100 mahasiswa Unpad hanya 13 mahasiswa yang mengetahui Tridharma Perguruan Tinggi dan bisa menyebutkan dengan tepat, 17 mahasiswa mengetahui Tridharma Perguruan Tinggi dan tidak bisa menyebutkan dengan tepat, sedangkan 70 mahasiswa lainnya tidak tahu apa itu Tridharma Perguruan Tinggi.

Memang agak miris, ketika yang kritis jadi semakin krisis, dan yang aktif malah jadi agresif. Kesadaran diri mahasiswa perlu dibangun mulai dari hal yang sederhana. Seperti “Tridharma”, kata yang terdengar cukup sederhana. Tapi ketika kata yang sederhana itu dilupakan oleh mahasiswa, bisa menjadi bencana bagi bangsa. Sebagian mahasiswa mengaku lupa, sebagian lagi sudah ‘di luar kepala’, dan sebagian besar tidak tahu tentang Tridharma.

Secara etimologi Tridharma diambil dari dua kata yang berasal dari bahasa Sansekerta, “tri” yang berarti tiga dan “dharma” yang berarti kewajiban. Sehingga Tridharma dapat diartikan sebagai tiga kewajiban. Sebagaimana yang tertera pada Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 2012, dalam Bab I pasal 1 ayat (9) “Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat”. Tridharma Perguruan Tinggi adalah tiga kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi, yang berperan disini adalah sivitas akademika yang terdiri dari mahasiswa dan dosen. Tiga kewajiban yang harus dilaksanakan disini adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Ketiga kewajiban inilah yang harus dijalankan oleh mahasiswa sebagai garis terdepan pencetus ide atau gagasan, sebagai garis terdepan kaum muda intelektual yang menjadi harapan bangsa, sebagai garis terdepan penentu nasib bangsa, dan sebagai garis terdepan penghubung antara masyarakat dan pemerintah. Tiga kewajiban ini pun harus dijalankan oleh dosen sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No.12 Tahun 2012, dalam Bab I pasal 1 ayat (14) “Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat”.

Pendidikan yang dimaksud adalah bahwa setiap mahasiswa harus memperoleh ilmu dari program studi yang ditempuh melalui proses pengajaran yang dilakukan oleh dosen. Selain itu juga, antara mahasiswa dan dosen harus mampu bekerjasama dalam membangun suasana belajar yang efektif dan kondusif, agar mahasiswa mampu mengembangkan potensi dirinya secara aktif dan kompetitif dengan ide yang kreatif, sifat responsif, dan kooperatif.

Penelitian yang dimaksud adalah bahwa seluruh sivitas akademika yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, mampu melakukan suatu kegiatan dengan metode ilmiah dan kaidah yang berlaku yang dilakukan secara sistematis. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa, kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

Pengabdian kepada masyarakat yang dimaksud adalah bahwa seluruh sivitas akademika yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, mampu menerapkan dan mengembangkan hasil dari pendidikan dan penelitian ke dalam kehidupan bermasyarakat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lalu mau bagaimana jadinya jika kita sebagai mahasiswa tidak tahu apa itu Tridharma Perguruan Tinggi? Mahasiswa yang akan menjadi generasi penerus bangsa tidak hanya diruntut untuk memajukan dirinya sendiri tapi juga harus memajukan bangsanya, tidak hanya harus mensejahterakan dirinya sendiri tapi juga harus mensejahterakan bangsanya, tidak hanya harus mencerdaskan dirinya sendiri tapi juga harus mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, maju atau tidaknya suatu bangsa, sejahtera atau tidaknya suatu bangsa, cerdas atau tidaknya suatu bangsa, sangat bergantung pada generasi penerusnya.

Tridharma Perguruan Tinggi seolah menjadi harapan bangsa ini kepada seluruh mahasiswa Indonesia untuk menjalankan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Agar mampu memajukan kehidupan bangsa, mensejahterakan kehidupan bangsa, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Memajukan kehidupan bangsa tidak lebih sulit dari menghidupkan kemajuan bangsa, mensejahterakan kehidupan bangsa tidak lebih sulit dari menghidupkan kesejahteraan bangsa, dan mencerdaskan kehidupan bangsa tidak lebih sulit dari menghidupkan kecerdasan bangsa. Sebelum nasib bangsa semakin sulit, mari bangun dari ketidaktahuan untuk mencari tahu, bangun dari lupa untuk kembali mengingat, dan bangun dari rasa tidak peduli menjadi peduli, pada hari esok, pada nasib bangsa.(FSR, Sasjep)

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran