The Darjeeling Limited: Lebih dari Sekadar Perjalanan Spiritual Tiga Saudara

Afif Satria Nugraha
1288 views

The Darjeeling Limited merupakan sebuah film karya sineas fenomenal, Wes Anderson yang berdurasi 104 menit. Memilih India sebagai latar tempatnya, film ini mengisahkan tiga orang saudara yang kembali berjumpa dalam sebuah perjalan spiritual demi mencari ketenangan dan mempererat hubungan mereka yang retak. Apa yang akan terjadi selanjutnya di antara ketiga saudara tersebut menjadi suguhan utama di dalam film ini.

Babak awal film ini dimulai ketika tiga saudara Francis, Jack, dan Peter yang tidak pernah berbicara dan bertemu satu sama lain semenjak kematian sang ayah. Mereka akhirnya memilih untuk menjalani sebuah perjalanan spiritual di India sekaligus untuk bertemu Ibu mereka yang menjadi biarawati. Francis sebagai kakak tertualah yang mengatur perjalanan tersebut. Perjalanan spiritual di sepanjang tanah Hindustan tersebut ternyata tidak berjalan seindah yang mereka kira.

Baik Francis, Jack, maupun Peter tengah dihadapkan pada krisis yang mereka alami, yang masing-masing saling menyembunyikan hal tersebut. Jika Jack memberitahu Peter sesuatu, maka Francis tidak boleh mengetahuinya, begitupun sebaliknya. Mereka merasa enggan bahkan untuk menyatakan tidak setuju akan suatu hal kepada yang lainnya. Hal-hal seperti itu terjadi di hampir sepanjang film, dan membuat film ini tidak membosankan. Kita juga disuguhi dengan ungkapan seperti “aku menyayangimu” yang dibalas dengan jawaban yang tidak kita kira seperti “terima kasih” atau hanya sekedar “oke”.

Ketika menonton film ini, saya seolah mendapatkan sudut pandang baru mengenai bagaimana mengukuhkan hubungan diantara tiga kepala yang berbeda sembari menikmati suguhan petualangan dan visual memukau, ciri khas Wes Anderson. Hubungan diantara Francis, Jack, dan Peter yang kerap digambarkan dengan perilaku impulsif yang seringkali menghadirkan akibat-akibat yang tidak terduga. Dan tentunya bukan hal mudah untuk memperbaiki hubungan seperti itu.

Intrik di dalam hubungan tiga saudara ini menjadi pemikat utama. Tingkah laku dan kisah-kisah yang unik membuat penuturan di dalamnya menjadi terkesan merdeka. Alur cerita lebih menekankan pada momen-momen yang akan terjadi selanjutnya, bukan menampilkan kenangan masa lalu atau rasa sedih atas kehilangan seorang ayah yang berputar di kepala Francis, Jack, dan Peter. Poin plus yang membuat penonton menikmati sembari menerka-nerka apa yang akan terjadi kepada mereka.

Ada salah satu adegan yang menjadi favorit saya di film ini, yaitu saat ketiga saudara tersebut meninggalkan koper mereka masing-masing selagi berusaha mengejar sebuah kereta. Ketika Francis mengatakan “dad’s bags aren’t going to make it” menjelaskan secara harfiah bahwa Francis, Peter, dan Jack telah melepaskan kenangan buruk masa lalu dan perasaan sedih akibat kehilangan ayah mereka. Sekaligus menjadi pertanda bahwa hubungan diantara mereka telah sepenuhnya membaik.

Sebenarnya film ini telah dirilis pada tahun 2007, namun saya baru menontonnya pada pertengahan 2020 lalu. Mungkin karena film ini tidak setenar karya Anderson lainnya seperti The Moonrise Kingdom, The Royal Tenenbaums, atau masterpiece The Grand Budapest Hotel. Selain itu, tidak ada aksi laga atau aktor jahat di dalam film ini. Hanya tiga orang pemuda dengan wataknya masing-masing sedang bersama dalam menjalani wisata spiritual, berusaha menyembuhkan luka dan mencari jati diri mereka.

Namun patut diakui, Wes Anderson sekali lagi membuat saya terpukau. Dalam film ini, set tempat yang digunakan sebenarnya luas. Namun Anderson memilih menampilkannya melalui sinematografi minimalis, bingkai simetris, dan gerak lambat yang menjadi ciri khasnya. Sama seperti Royal Tenenbaums, Anderson memilih alur cerita mengenai sebuah hubungan keluarga yang retak dan coba diperbaiki oleh salah satu lakon. Untuk beberapa orang mungkin akan menilai film ini hambar dari segi cerita dan komedi-komedi garing yang disuguhkan. Namun bagi saya, Wes Anderson menciptakan film ini dengan begitu merdeka dan ekspresionis.

The Darjeeling Limited memberikan kita sebuah kisah menarik yang dilatari hubungan persaudaran yang sedang berada di kondisi sulit. Peristiwa unik yang terjadi dan dialami oleh ketiga lakon utama pada akhirnya membawa mereka untuk lebih mengenal satu sama lain. Jalan cerita yang unik tersebut dikombinasikan dengan suguhan budaya lokal India dan soundtrack yang tepat, membuat film ini menjadi menarik untuk ditonton. Film ini memang tidak setenar karyanya yang lain, namun harus diakui di film ini Anderson sangat merdeka.

Ediror: Irna Rahmawati

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran