Perang Ukraina-Rusia: Bagaimana Meme Menggambarkan Perang Informasi pada Abad ke-21

Lazuardi Atsa Valencia
591 views
Meriam swagerak 2S7 “Pion” milik Ukraina yang ditempeli foto meme “cheems”. Meriam ini telah diberikan kostumisasi eksklusif dari donasi komunitas meme NAFO sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Ukraina dalam melawan invasi Rusia sejak Februari lalu. (-/09/022) Foto: DW

Perang Rusia-Ukraina telah memasuki bulan ke-9 sejak hari pertama invasi dilakukan. Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina akibat konflik geopolitik dan visi Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam menjaga keamanan Rusia berlangsung tidak mulus dan penuh hambatan: Rusia gagal menguasai Kyiv dan kalah menyerang Kiev pada April lalu. Kekalahan Rusia tersebut menggagalkan tujuan utama mereka untuk menjatuhkan Pemerintahan Ukraina—sekalipun Rusia pernah berhasil menguasai Kherson dan mempertahankannya. Hingga saat tulisan ini dibuat, Rusia juga harus merelakan Kherson akibat minimnya suplai tentara garnisun dan pembentukan garis pertahanan di sepanjang tepi timur Sungai Dnipro.

Namun, pembahasan mengenai situasi medan tempur di Ukraina tidak akan saya jadikan topik untuk tulisan kali ini. Saya ingin memfokuskan pada topik yang tidak begitu terlihat secara gamblang dari medan pertempuran di tempat, tetapi di media sosial. 

Perang Rusia-Ukraina memberikan suatu gambaran baru mengenai bagaimana perang informasi terjadi pada abad ke-21. Bagaimana publik online–yang sebetulnya bukanlah siapa-siapa, dapat mengakibatkan kekacauan bagi sistem propaganda suatu negara. 

Bentuk media penyampaiannya yang digunakan sendiri sebetulnya bukanlah asing bagi kita, apalagi para pembaca yang menjadi bagian dari Generasi Z. Suatu objek kebudayaan yang sering kita lihat, tonton, atau baca saat waktu luang dan juga, menjadi guyonan tatkala sedang nongkrong sambil minum kopi. Ya, media itu adalah Meme.

Sifat meme yang anonim, sporadis, tapi efektif menjadikannya sebagai alternatif lain dalam menyampaikan informasi, terutama internet. Kita telah mengetahui bagaimana internet  mempengaruhi berbagai gaya kehidupan masyarakat, terutama melalui media sosial. Dalam media sosial, semua orang dapat berkecimpung dengan bebas dan cenderung ber-alter ego (berkepribadian lebih dari satu). 

Inilah yang menjadikan meme dapat menjadi media efektif untuk bersuara tanpa perlu takut untuk dilacak di dunia nyata. Sifatnya yang anonim menjadikan siapa pun bebas untuk menyampaikan ide, keresahan, atau perlawanan terhadap suatu mosi. Lagi pula, membuat meme sendiri juga tidaklah membutuhkan biaya besar, sehingga siapapun berkesempatan untuk membuatnya.

Penggunaan meme sebagai bentuk perlawanan sebetulnya telah berlangsung sejak dekade pertama tahun-2000an. Dari Revolusi Maidan pada 2014 yang berlangsung di Ukraina, Pemilu Indonesia pada 2014 dan 2019 lalu, Protes Hong Kong, Pemilihan Umum Amerika 2016 dan 2020, dan berbagai bentuk gerakan sosial lain. 

Namun, penggunaan meme secara masif dapat terlihat lebih jelas pada Perang Rusia-Ukraina yang saat ini masih berlangsung. Media sosial menjadi garda terdepan dari suatu perang informasi antara Rusia terhadap para pengguna media sosial di seluruh dunia. Dalam pengamatan saya,  Twitter, Reddit, Discord, dan Telegram menjadi media sosial dengan aktivitas perang informasi terintens. 

Bukan tidak mengherankan media sosial tersebut menjadi garda terdepan dalam perang informasi, baik dari kubu Rusia maupun Ukraina dan negara barat lainnya. Pengguna media sosial ini umumnya adalah orang Ukraina dan negara barat serta orang Rusia, terutama Twitter dan Telegram.

Perang Informasi ini dilakukan oleh dua kubu, yaitu antara Pemerintah Rusia dan akun propaganda pro-Rusia melawan komunitas meme bernama North Atlantic Fella Organisation (NAFO). Keduanya saling beradu debat dalam melawan disinformasi yang disampaikan. Uniknya, NAFO menggunakan meme sebagai perlawanan mereka terhadap disinformasi maupun propaganda yang disiarkan Rusia di media sosial. 

NAFO sendiri sebetulnya lahir sebagai reaksi dari penyebaran propaganda pro-Rusia. Komunitas ini dibentuk dari para pembuat meme berupa shitpost (postingan dengan editan seadanya) yang resah akan propaganda Rusia. NAFO dibentuk pada bulan Maret saat perang baru saja mencapai beberapa minggu awal. Namun, berdasarkan penuturan dari salah satu anggota NAFO dari Indonesia yang juga menjadi rekan saya di komunitas sejarah Discord—identitasnya minta dianonimkan, komunitas ini baru benar-benar terbentuk pada Bulan April ketika salah satu founder NAFO dengan nama inisial Kama_Kamilia berdebat dengan Mikhail Ivanovich Ulyanov (Amb_Ulyanov), duta besar Rusia untuk Organisasi PBB bermarkas di Vienna di Twitter.

Momen ini menjadi awal mula kepopuleran NAFO dalam melawan propaganda Rusia di mana para Fellas (sebutan untuk anggota NAFO) mengirim berbagai bentuk meme dengan pesan satire terhadap respon-respon Ulyanov. Uniknya, para Fellas ini menggunakan foto profil “cheems”, foto anjing Shiba Inu, yang diedit hingga membentuk karikatur dengan berbagai ragam editan, mulai dari senjata, kostum tentara, atau bahkan hal-hal yang menjadi budaya populer saat ini.

Ilustrasi dari Karikatur “cheems” yang digunakan sebagai foto profil para Fellas

Para Fellas ini memiliki dua tujuan: memenangkan Perang Informasi atas Rusia dan membantu Ukraina dalam melawan invasi Rusia. Mereka tidak memiliki badan hukum maupun struktur organisasi yang jelas. Seorang yang ingin menjadi bagian dari komunitas ini hanya perlu melakukan donasi terhadap organisasi donatur untuk Ukraina dan mengkonfirmasikan ke akun resmi NAFO di Twitter. Setelah itu, mereka akan dibuatkan karikatur “cheems” secara percuma untuk digunakan sebagai foto profil media sosial. 

Para Fellas yang resmi menjadi anggota NAFO hanya perlu menggunakan foto profil tersebut saat melawan disinformasi terhadap Rusia. Dalam melakukan perlawanan, para Fellas mengirimkan postingan meme satire yang digunakan untuk melawan propaganda pemerintahan Rusia maupun akun pro-Rusia. 

Biasanya, satire ini berisi data-data faktual dari medan pertempuran, berbagai ironi yang pernah disampaikan akun Pro-Rusia ataupun pemerintah Rusia itu sendiri, tetapi dikemas dalam suatu format shitpost atau postingan dengan editan seadanya. Mereka melakukan spam meme satire ini hingga propaganda tersebut menjadi tidak masuk akal. Para fellas melancarkan aksinya di mana saja dan kapan saja.

Selain melawan propaganda Rusia, NAFO juga menggalang dana untuk kepentingan kemenangan Ukraina. Seperti gambar yang menjadi tajuk di atas, mereka mendonasikan amunisi, senjata, logistik kemanusiaan, bahkan informasi berupa Open Source Intelligence (Informasi Intelijen). 

Perlu diingat bahwa para Fellas ini umumnya anonim dan datang dari berbagai kalangan. Layaknya internet pada umumnya, tidak ada yang mengetahui pasti mengenai latar belakang mereka. Mereka hanya disatukan oleh tujuan yang sama: melawan propaganda Rusia. 

Aktivitas NAFO bukan tidak dianggap begitu saja, Pemerintah Ukraina telah memberikan suatu bentuk terima kasih di Twitter berupa foto editan karikatur NAFO dengan gambar Peluncur Roket M142 HIMARS. 

Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov bahkan berterima kasih dan sempat mengganti foto profilnya dengan karikatur NAFO sebagai bentuk apresiasi dari kegiatan kontra-misinformasi NAFO. 

Gerakan dari komunitas ini memang hanya sebatas virtual, tetapi telah memberikan suatu perlawanan mengenai bagaimana orang-orang yang tak dikenal dapat melawan sistem informasi dan propaganda suatu negara—sungguh sebuah aktivitas yang menggelitik dan juga unik.Perlawanan NAFO dapat memberikan contoh nyata bagaimana perang informasi di abad ke-21 akan berlangsung ke depannya. Perang informasi bukanlah lagi dilakukan oleh antar negara dengan saling melempar pidato ataupun operasi intelijen lalu melayangkan ancaman perang. Kalangan masyarakat dari berbagai macam elemen pun dapat turut serta dalam melawan misinformasi antar satu sama lain. Penggunaan meme yang digunakan sebagai media penyampaian informasi tak luput dari itu. Sifatnya yang anonim, independen, tetapi efektif ini memberikan meme akan mendapatkan porsi besar dalam propaganda dan perang informasi di masa yang akan datang.

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran