Karena Kita Semua memiliki Kepentingan Pribadi

Naulia Zahra
809 views

Terinspirasi dari Buku: Siapa yang Memasak Makan Malam Adam Smith?

Tangan Lahap yang Bersembunyi

Wajahnya cantik dan penuh pesona

Sejak belia ia hanya tinggal bersama bapaknya

Hidupnya tak mungkin susah

Kuliahnya pun di kampus ternama

Wajah bapaknya terpampang di mana-mana

Bisnisnya tak kenal wilayah

Kawanannya sederajat kelas kakap

Tangannya bekerja dengan lahap

Suatu hari, gelombang besar menimpa dirinya

Gadis cantik itu dipaksa mengalah di hadapan kawanan bapaknya

Kejam, dingin, dan berdarah

Harga dirinya hancur bak dilahap ombak

Namun, bisnis bapaknya semakin jaya.

….

Keuntungan Milik Masing-masing

Seorang pria terdampar di pulau yang entah

Berbekal 200 gelang emas di dalam kantungnya

Tak ada satu pun manusia yang tampak 

Ia sendiri dan berbaring di tepi

Perutnya mulai meraung-raung

Sudah lewat tiga hari perutnya tak terisi

Ia menelusuri pulau tandus itu, mencari sesuap harap

Matanya kunang-kunang, tubuhnya nyaris tumbang

Akhirnya, munculah sesosok pria paruh baya yang membawa seonggok beras di tangannya

Dengan tergesa, ia menghampiri pria paruh baya tersebut untuk mengharap seonggok beras

Kini, pria tersebut kembali memiliki harapan dan pria paruh baya hidup sejahtera.

….

Menelan Derit cukup Sendiri saja

Anaknya tak henti-hentinya menangis

Sebagai seorang ibu, hatinya begitu pilu

Sambil menggendong anaknya, ia menengadah di pinggir jalan

Nyaris tak ada yang mengasihani mereka

Berbekal uang dua ribu rupiah

Sang ibu nekat membeli nasi dan lauk

Namun, kenyataan berkata lain

Pedagang tersebut mengusirnya karena uangnya tak cukup 

Keadaan sang ibu makin terhimpit, sang anak terus menjerit dan pedagang tetap berjualan.

Sejatinya, Kami Gemar “Berbagi”

Sejak kecil keduanya suka berbagi

Mereka kembar dan memiliki paras yang tampan

Keluarganya hidup bahagia dan berkecukupan

Namun, hidup ayahnya sudah tak lama lagi

Perusahaan yang dirintis oleh ayahnya perlu pemimpin

Meskipun anaknya kembar, keduanya tak serupa dalam segi ilmu

Ayahnya memutuskan untuk memercayai anak keduanya

Perasaan tak terima menggerogoti hati anak pertama

Pertengkaran di antara mereka mungkin saja berlangsung dalam jangka waktu yang panjang

Namun, hal tersebut tidak terjadi.

Sang ayah sudah disemayamkan di samping makam anaknya yang kedua.

Tulang Punggung Saya “Hanya Satu”

Karena tak mampu melanjutkan studinya

Seorang wanita muda rela membanting tulang setiap hari untuk menggendong orang tua serta adik-adiknya

Tanpa kenal letih, ia bekerja dari fajar hingga petang

Dalam sehari, sepatu yang diluncurkan pabrik ini  mencapai jutaan pasang

Keuntungan yang diperoleh mampu meraih omset miliaran 

Namun, wanita tersebut tidak tahu bagaimana rasanya mengenakan sepatu tersebut meskipun ia bergulat dengan sepatu itu hampir setiap hari

Pendapatannya tidak sebanding dengan tenaga dan usaha yang ia kerahkan, keesokan harinya, ia kembali bekerja lagi.

BACA JUGA Tulisan lain dalam rubrik Puisi dan tulisan Naulia Zahra lainnya.

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran