Konversi Ormawa ke dalam SKS, Mengapa Perlu Dilakukan?

Shafira Aziza Rahmani
1865 views
Konversi Ormawa UNPAD
','

' ); } ?>

Selain sebagai wadah menimba ilmu, dunia kampus merupakan tempat yang cocok untuk mengembangkan soft skill mahasiswa. Tentunya, kemampuan ini didapatkan tidak dengan sekadar duduk di ruang kelas sembari memperhatikan ilmu yang disampaikan oleh dosen semata, tetapi perlu adanya sarana khusus yang disediakan oleh kampus sebagai wadah pengembangan mahasiswa untuk menggali kemampuan yang mereka miliki.

Organisasi kemahasiswaan (ormawa) adalah wadah yang sangat tepat untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berorganisasi, meningkatkan intelektualitas, membangun jiwa kepemimpinan, dan menyalurkan minat-bakatnya. Seiring berjalannya waktu, ormawa semakin memperkuat eksistensinya di setiap kampus. Hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai ormawa besar di Indonesia, di antaranya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). 

Era digital yang semakin berkembang menjadi faktor pemicu bagi mahasiswa untuk mencoba terjun dalam kegiatan ormawa. Tentunya hal tersebut didasari oleh berbagai tujuan yang hadir dari setiap individu. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, eksistensi ormawa kian menurun. Hal ini terlihat dari partisipasi massa dalam kegiatan kemahasiswaan yang terus berkurang setiap tahunnya. Salah satu penyebabnya adalah persepsi mahasiswa terhadap organisasi yang seringkali beragam. Kerap kali mahasiswa tertarik berpartisipasi dalam organisasi hanya di awal saja karena organisasi dipandang sebagai hal yang eksis. Padahal, ketika terjun ke dalam organisasi, kerap muncul masalah yang harus mereka hadapi. Tidak menutup kemungkinan, hal tersebut menjadi salah satu penyebab minimnya antusiasme para mahasiswa untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan ormawa di masa kini. 

Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kembali eksistensi ormawa, beberapa kampus menerapkan program baru berupa penambahan Satuan Kredit Semester (SKS) yang diperoleh melalui kegiatan kemahasiswaan. Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu kampus yang meresmikan hal ini. Website resmi ITB menuliskan artikel berjudul, “ITB Jadikan Kegiatan Organisasi Bagian dari SKS Mahasiswa” pada Rabu, 22 Desember 2020 silam. Dalam artikel tersebut, dikatakan tujuan dari penambahan ormawa ke dalam SKS adalah sebagai bentuk penghargaan pada mahasiswa yang aktif berorganisasi baik internal maupun eksternal. 

Melihat hal tersebut, timbul keinginan saya agar hal serupa juga dapat diterapkan di Unpad. Dalam hal ini, saya melihat sebagian mahasiswa masih menganggap organisasi kemahasiswaan hanyalah sebatas rumah untuk bersenang-bersenang, pelepas penat dari dunia perkuliahan, serta sebagai ajang untuk menyibukkan diri di tengah waktu luang. Ditambah lagi dengan jadwal perkuliahan yang cukup padat membuat beberapa mahasiswa justru enggan untuk mengikuti kegiatan ormawa. 

Lebih daripada itu, kehadiran ormawa sebenarnya merupakan sarana untuk mengembangkan wawasan mahasiswa, meningkatkan intelektualitas, serta mengasah pola pikir yang kritis. Untuk itu, penambahan kegiatan mahasiswa menjadi bagian dari Satuan Kredit Semester (SKS) dapat menjadi jalan untuk lebih mengoptimalkan fungsi dan peran ormawa yang sebenarnya. Ormawa sendiri memiliki tujuan yang selaras dengan target pencapaian pendidikan dalam program Merdeka Belajar, yaitu profil pelajar Pancasila, kebhinekaan global, kreativitas, kemandirian, bernalar kritis, dan gotong royong. 

Menurut saya program ini memberikan banyak nilai positif bagi mahasiswa. Dengan adanya program ini, mahasiswa yang awalnya cenderung berpatokan pada pembelajaran teoritis di kampus akan lebih bersemangat dan terpacu untuk mulai aktif dalam setiap kegiatan kemahasiswaan. Selain itu, kegiatan yang mereka lakukan pun akan merasa sangat diapresiasi oleh pihak kampus. Adanya ormawa sangatlah bermanfaat untuk menunjang kemampuan mahasiswa. Dengan mengikuti kegiatan di luar pembelajaran kuliah, mahasiswa dapat terjun langsung dengan permasalahan kehidupan yang ada. Mereka akan menghadapi suatu hal yang lebih kompleks. Sejatinya, kecerdasaan yang dimiliki mahasiswa tidak hanya terpatok pada kecerdasan akademik, melainkan perlu diiringi dengan kecerdasan emosional, interpersonal, kreativitas, dan hal lainnya.

Di luar dari itu, agar program tersebut dapat berjalan dengan efektif, pihak kampus perlu memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan program ini, seperti cara pihak kampus menilai aktivitas yang ada di dalam kegiatan kemahasiswaan dan proses pengonversian ormawa ke dalam Satuan Kredit Semester (SKS). Hal tersebut terjadi lantaran  tidak semua mahasiswa merasa perlu ikut andil dalam kepengurusan ormawa. 

Dengan demikian, nantinya tidak akan timbul pertanyaan semacam, “Apakah pengonversian ormawa ke dalam SKS berjalan cukup adil?” atau “Bagaimana pihak kampus menjadikan program ini tetap relevan dari banyaknya fakultas dengan fokus ajar tiap program studi yang berbeda?” 

Dengan adanya program ini, mahasiswa diharapkan dapat terdorong untuk turut serta aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, tidak hanya dalam bidang akademik.

Subscribe
Notify of
guest

1 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Muhammad Firyal Dzikri

Gagasan yang cukup menarik & juga unik saya rasa ketika ormawa dapat dikonversikan ke dalam sistem SKS. Hanya saja sebelum memberlakukan kebijakan ini perlu dicermati beberapa hal yang juga sama pentingnya, penulis memang telah menyinggung mengenai hal ini dibagian paragraf akhir. Namun yang saya rasa juga penting adalah bagaimana batasan dalam program ini diberlakukan? Apakah kebijakan ini sasarannya untuk mahasiswa yang memang aktif di organisasi, baik internal maupun eksternal, atau sasarannya seluruh mahasiswa? Mungkin kalau sasarannya hanya mahasiswa yang aktif berorganisasi bukan tidak mungkin menimbulkan kecemburuan, disatu sisi, apabila sasarannya diwajibkan kepada seluruh mahasiswa bagaimana men-encourage seluruh mahasiswa supaya dapat terjaring? Dan bagaimana dampaknya bagi ormawa tersebut, apakah memberikan dampak positif atau sebaliknya? Sebab masuk ormawa hanya berorientasikan mendapat SKS saja & mungkin saja ‘paksaan’ karena aturan tersebut?

Terlepas dari hal tersebut, saya pribadi lebih menekankan kepada bagaimana kebijakan tersebut dikaji lagi secara lebih mendalam dengan mempertimbangkan berbagai urgensi lainnya sehingga, diharapkan, program & kebijakan tersebut dapat berjalan optimal serta implementasinya memiliki esensi yg jelas.

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran