IPK dan Kualitas Diri: Dua Hal yang Saling Melengkapi

Nadine Laysa Amalia
125 views
','

' ); } ?>

Salah satu goals sebagian besar mahasiswa adalah memperoleh IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang sempurna. Hal seperti ini wajar di dunia perkuliahan, mengingat IPK sering  sekali dijadikan tolok ukur kualitas akademik seorang mahasiswa.

IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) sendiri merupakan gabungan nilai yang diperoleh mahasiswa setiap semester selama menjalani perkuliahan. Di Indonesia,  IPK dianggap sempurna apabila mencapai angka 4.00. Nilai dalam rentang 3.50-3.75 bisa mendapatkan predikat cum laude sedangkan 3.00 masih tergolong baik. Namun, ketika berada pada angka IPK 3.00 ke bawah, biasanya banyak mahasiswa yang mulai merasa khawatir

Banyak mahasiswa yang mengerahkan “Blood Sweat & Tears” mereka untuk meraih IPK sempurna karena anggapan bahwa hal tersebut dapat menjadi penentu masa depan karier mereka.

Tetapi, benarkah IPK yang diusahakan sempurna itu dapat menjamin keberhasilan karier?

Pada 2022, hasil Survei Jobstreet Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 35% instansi masih menggunakan IPK sebagai kriteria dalam proses seleksi administrasi calon karyawan. IPK berperan sebagai alat penyaringan awal yang efektif, khususnya ketika jumlah pelamar sangat banyak. Sejumlah instansi menetapkan syarat minimal IPK pelamar umumnya sebesar 3.00 atau paling rendah 2.75.

Meskipun calon karyawan memiliki kompetensi yang dibutuhkan instansi, biasanya akan gagal apabila jumlah IPK tidak memenuhi persyaratan, terutama ketika proses rekrutmen dilakukan secara online.

Namun, setelah pelamar dinyatakan lolos seleksi administrasi dan lanjut ke tahap wawancara, IPK tidak lagi menjadi faktor utama dalam proses perekrutan. Pada tahap ini, instansi lebih menilai pengalaman dan kemampuan yang dimiliki calon karyawan.

Laporan Future of Jobs Report 2023 menegaskan bahwa soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, problem solving, dan team work merupakan prioritas dalam dunia kerja modern. Kini, lebih dari 50% instansi memprioritaskan keterampilan teknis dan soft skills dibandingkan dengan dengan IPK.

Demikian, “apakah IPK bisa menjamin masa depan karier?” Jawabannya bergantung pada instansi yang dituju. Setiap instansi memiliki kriteria dan persyaratan yang berbeda dalam menilai pelamar

Selain itu, IPK juga tidak bisa dianggap sebagai satu-satunya penentu masa depan. Jika demikian, maka bagaimana dengan mereka yang bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi?

IPK mungkin bisa menjadi modal awal, tetapi jika ingin benar-benar berhasil di dunia kerja, mahasiswa harus memiliki kemampuan lain yang dapat menjadi faktor pendukung karier jangka panjang. Penulis pun percaya bahwa kuliah adalah proses belajar mengenai banyak hal seperti belajar berorganisasi, belajar bersosialisasi, dan belajar untuk membangun keahlian lainnya.

Tidak ada salahnya berusaha mempertahankan IPK yang sempurna, tetapi sebagai mahasiswa, kita perlu menyadari bahwa dunia kerja menuntut lebih dari sekadar angka. Karier yang gemilang tidak semata-mata lahir dari angka pada transkrip nilai, melainkan dari kualitas diri yang siap menghadapi tantangan nyata.

IPK mungkin menjadi pijakan awal, tetapi kualitas diri adalah penentu perjalanan karier yang berkelanjutan.

Referensi

Ibtisam, F. (2016, 09 03). Pro-Kontra: Nilai IPK, Penting Nggak Sih? rencanamu.id. Retrieved 09 12, 2025, from https://rencanamu.id/post/sudut-pandang/pro-kontra-nilai-ipk-penting-nggak-sih

Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia. (2021, 09 01). IPK Tinggi Tidak Menjamin, Apalagi Rendah? instiki.ac.id. Retrieved 09 12, 2025, from https://instiki.ac.id/2021/09/01/ipk-tinggi-tidak-menjamin-apalagi-rendah/

s, S. A. (2025, 09 10). [Opini] Apakah IPK Pengaruhi Karier Mahasiswa? unsulbarnews.com. Retrieved 09 12, 2025, from https://www.unsulbarnews.com/opini-apakah-ipk-pengaruhi-karier-mahasiswa

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya