Senin, 30 Juni 2025, telah berlangsung sebuah kegiatan bertajuk “Hajat Lembur” dengan mengangkat tema pelestarian budaya Sunda melalui kolaborasi seni dan kuliner. Kegiatan ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Kebudayaan Sunda yang merupakan mata kuliah wajib di tingkat fakultas. Selain itu, kegiatan diisi dengan berbagai penampilan kesenian khas Sunda serta sajian kuliner tradisional sebagai representasi kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal, memahami, dan mengapresiasi kebudayaan Sunda secara langsung melalui praktik budaya, baik dari sisi seni pertunjukan maupun kuliner. Kegiatan ini menjadi sarana pembelajaran yang kontekstual sekaligus sebagai bentuk ujian praktik.
Kegiatan diselenggarakan oleh dosen pengampu mata kuliah, di antaranya Dr. Taufik Ampera, M. Hum., Dr. Udang Ahmad Darsa, M. Hum., Dr. Teddi Muhtadin, M. Hum., Rahmat Sopian, M. Hum., Ph.D., Dr. Asri Soraya, M. Hum., dan Taufik Rahayu, M. Hum., serta bekerja sama dengan tim Rinéka Padjadjaran. Pelaksanaannya turut melibatkan panitia yang mayoritas berasal dari Program Studi Sastra Sunda, dengan perwakilan dari berbagai prodi lain di Fakultas Ilmu Budaya. Kegiatan ini terbuka untuk umum tanpa pembatasan peserta, bahkan mahasiswa dari fakultas lain turut hadir untuk menyaksikan kemeriahan acara.
Setiap program studi menampilkan tema, kesenian, dan kuliner khas yang mencerminkan keberagaman budaya Sunda dan kekhasan perspektif masing-masing jurusan:
- Sastra Inggris
Menyuguhkan pertunjukan bertema Voicing Sundanese Identity: Nu Asli Disingkahan, Nu Asing Ngawasaan, yang menggambarkan kolonialisme dan perlawanan budaya lewat monolog Ajip Rosidi, silat, dan tari kreasi Ronggeng Nyentrik. Sebagai pelengkap, mereka menyuguhkan botram bertema Ngarasakeun Rasa yang menghadirkan tumpeng, lotek, es lilin, dan aneka kue basah.
- Sastra Indonesia
Mengusung tema Ngaruwat Lembur, Ngarawat Bumi, terinspirasi dari tradisi masyarakat Kampung Adat Cireundeu di Cimahi. Melalui drama, tari rakyat, pupuh, dan kaulinan budak lembur, mereka mengisahkan semangat gotong royong dalam menjaga alam. Makanan yang disajikan pun mengangkat pangan lokal seperti beras singkong (rasi), comro, katimus, serta es goyobod.
- Ilmu Sejarah
Menekankan dimensi historis dengan tema Tineung kana Sajarah jeung Tradisi Lokal, yang memadukan Tari Jaipong, pupuh, dan pencak silat dalam dimensi historis dari Hajat Lembur, dilengkapi dengan sajian nasi tumpeng dan minuman tradisional.
- Sastra Jepang
Tema lintas budaya diangkat dalam Benang Merah di Bentang Sawah: Kisah Syukur ti Lembur Sunda jeung Kuil Jepang, tema ini membandingkan Hajat Lembur dengan Otauematsuri atau festival tanam padi dari Jepang. Hal ini ditampilkan dalam drama singkat dan tumpeng yang dihias lauk khas Jepang seperti nori dan narutomaki sebagai kulinernya.
- Sastra Perancis
Menyoroti syukur lewat drama bertema Ngahiji di Laut, Ngamumule Lembur, teater tentang syukur atas berkah laut dan ritual persembahan. Mereka menyajikan kuliner berupa nasi liwet dengan ikan dan sambal cumi, kue basah, serta teh tawar yang disajikan secara prasmanan.
- Sastra Rusia
Mengangkat tema semangat kebersamaan melalui Ngampar Samovar. Menyatukan tradisi minum teh dan makan bersama yang hidup dalam dua budaya: Rusia dan Sunda. Mereka memadukan tari musikal berkostum khas dua budaya dan sajian unik seperti salad olivier dengan kerupuk udang, pelmeni sambal kecap ayam suwir, serta dan kue cucur dengan teh tong tji yang menyimbolkan harmoni dan keterbukaan antarbudaya.
- Sastra Sunda
Mengusung tema Pesta Panen Raya, membawakan cerita dari Rancakalong, Sumedang, lewat pertunjukan drama dan tari kreasi bertema Ngabubur Suro. Mereka menghadirkan pesta jampana dan lantunan musik tarawangsa, lengkap dengan sajian kuliner yang dimodifikasi dari upacara tradisional untuk tetap relevan dengan selera generasi kini.
- Sastra Jerman
Menampilkan drama Kabayan Neangan Gawe yang dipadukan dengan tari dan lagu tradisional Sunda. Di sisi kuliner, mereka menghadirkan tumpeng dengan sentuhan Jerman seperti bratkartoffeln, kentang iris tipis, jajanan tradisional, dan es cincau berbahan nutrijel, menyimbolkan inovasi budaya yang tetap membumi.
- Sastra Arab
Mempersembahkan tema spiritual dan interkultural bertajuk Padung-Dung Angin Padang Pasir di Punduh Sunda, yang ditampilkan dalam makanan fusion seperti Batagor Ruqyah dengan rempah Arab, nasi mandhi tutug oncom, es cekur (cendol kurma), serta susu jahe kurma.
Berikut kesan dan pesan dari beberapa peserta dan penampil: “Apalagi aku sendiri juga ikut kontribusi di tampilan kemarin, pas Sastra Sunda bawain tari kreasi yang menceritakan hajat lembur di Rancakalong, yaitu bubur suro. Tarian ini menurut aku cukup sakral, karena di dalamnya ada cerita tentang susahnya panen waktu itu sampai orang-orang kesulitan dapet bahan pangan. Tapi di akhir tarian dengan musik yang lebih ceria, itu nunjukin kalau krisis pangan udah teratasi lewat pembuatan bubur suro, yang dibuat dari 1000 bahan pokok hasil kumpulan tiap orang di kampung. Jadi ngerasa terharu juga bisa bawain cerita yang kaya makna kayak gitu. Buat aku pribadi dan anak Sastra Sunda, ini matkul paling seru, paling berkesan, tapi juga paling bikin capek. Tapi capeknya kebayar banget pas liat tampilan-tampilan keren kemarin.” Ujar Teh Lulu selaku mahasiswa Sastra Sunda angkatan 2023 sekaligus salah satu penampil dalam acara.
Pesan Teh Lulu pun sangat berarti: “Semoga kegiatan kayak gini terus diadain lagi di semester selanjutnya, biar kita bisa belajar bareng dan makin akrab sama temen-temen jurusan lain. Apalagi sekarang ada program rektor baru yaitu Rinéka Padjadjaran. Makasih banyak buat semuanya yang udah nyiapin dan ikut meramaikan, semoga semangat ngenalin budaya Sunda tetep lanjut terus!!”
Tak kalah semangat, Teh Mira dari Sastra Arab angkatan 2023 juga turut menyampaikan pengalamannya: “Hmmm kesan dari aku selaku penampil seru sih, bisa ikut berkontribusi tampil di acara fakultas. Lalu jadi bisa lebih deket sama anak2 sasrab lain yang juga tampil. Acara Hajat Lembur kemarin juga meriah bangett ya, penampilan2 dari jurusan lain pun sangat bagus dan kerenn! Kami sudah latihan di jauh2 hari dan khususnya di H-7, kami selaku penampil dari sasrab selalu latihan untuk persiapan hajat lembur ini jadi bener2 kerasa deh nuansanya.”
“Pesan dan harapannya mungkin tahun depan bisa diadakan lagi dengan tema berbeda dan menjangkau seluruh jurusan🙌✨ overall dah keren bangett!”
Kegiatan Hajat Lembur menjadi ruang belajar yang bermakna bagi mahasiswa untuk mengenal dan mengapresiasi kebudayaan Sunda. Melalui penampilan seni dan sajian khas daerah, acara ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya dapat dilakukan secara kreatif dan kolaboratif. Diharapkan kegiatan serupa dapat terus diadakan di masa mendatang dengan partisipasi yang lebih luas, sebagai bentuk keberlanjutan pengenalan budaya lokal di lingkungan kampus.