Forum Silaturahmi Pers Mahasiswa Unpad: Saling Mengenal dan Berbagi Keresahan Antar Persma di Unpad

Raihan Rizkuloh GP
1565 views

Pena Budaya—Pada Sabtu (10/04) kemarin, Pena Budaya menginisiasi sebuah forum silaturahmi bersama Pers Mahasiswa (Persma) di Unpad melalui Zoom Meeting. Forum ini dibuka oleh Iqbal Maulana selaku MC sekaligus Wakil Pemimpin Umum Pena Budaya 2021 yang menuturkan bahwa diadakannya forum silaturahmi ini merupakan implementasi dari misi Pena Budaya sebagai media kolaborasi. Harapannya, seluruh pers mahasiswa di Unpad dapat saling mengenal satu sama lain dan berbagi apa-apa yang menjadi keresahan mereka.

Raihan Yuflih, Pemimpin Umum Pena Budaya 2021, berpendapat, di masa sekarang, iklim pers di Unpad sudah semakin bagus karena perkembangannya cukup signifikan. Oleh karena itu, ia ingin mengenal lebih jauh lagi apa sebenarnya yang ingin dibawakan oleh setiap Persma di tahun ini. “Siapa tahu dari apa yang akan dibawakan temen-temen di tahun ini juga punya irisan dengan teman-teman lain, sehingga, kedepannya kita mungkin bisa kolaborasi bareng,” ucapnya kepada forum yang dihadiri oleh 20 pengurus aktif dari 8 Persma: Pena Budaya (FIB), Warta Kema (Universitas), Vonis (FH), KOPI (FEB), Genera (FAPERTA), Trisula Magazine (FAPSI), dJatinangor (FIKOM), dan Geocentric (FTG).

Pers mahasiswa dan tantangannya di masa pandemi

Forum ini diawali dengan perkenalan dari tiap-tiap Persma di Unpad. Masing-masing Persma punya keunikan dan kekhasannya tersendiri, misalnya Trisula Magazine, Persma dari Fakultas Psikologi ini lebih mengkhususkan sudut pandang psikologi dalam konten-konten yang mereka buat. Geocentric, Persma dari Fakultas Teknik Geologi, juga lebih memfokuskan konten mereka pada hal-hal yang berkaitan dengan kegeologian. Hal ini mereka lakukan agar bisa lebih dekat dengan pembaca di lingkup fakultas mereka.

Persma-persma lain juga melakukan pendekatan yang sama sesuai ruang lingkup keilmuan masing-masing. Namun, dampak pandemi, sebagaimana yang kita tahu, membikin beberapa hal menjadi runyam atau malah membikin hal-hal yang sebelumnya sudah berat menjadi semakin berat.

Ketua Umum dJatinangor, Fatur, misalnya, mengeluhkan tingkat partisipasi mahasiswa yang menurun di masa pandemi. Padahal, sebelum pandemi merebak, antusiasme dari mahasiswa untuk bergabung di Persma dJatinangor sangatlah tinggi. Nada yang sama juga diucapkan oleh Faisal, Ketua Umum Persma KOPI FEB. Hanya saja, ia berpendapat bahwa minat mahasiswa terhadap jurnalistik sedari awal memang kurang dikarenakan berbagai hal, pandemi hanya memperparah kondisi itu. Kurangnya minat mahasiswa ini bahkan sampai membuat Persma Trisula Magazine memperpanjang open recruitment mereka.

Keresahan dan urgensi forum Seluruh Persma di Unpad sebagai langkah awal Persma menjadi UKM bergengsi dan punya nilai jual

Di lingkungan yang tak menyadari betapa pentingnya fungsi pers di kampus, menjadi Persma merupakan suatu tantangan tersendiri. Setidaknya, begitulah pandangan Ananda Bintang, Pemimpin Redaksi Pena Budaya. “Persma di Unpad masih belum bisa jadi arus informasi utama, cenderung ‘dianaktirikan’, disepelekan, dan ‘kurang menarik’. Hal ini akhirnya berdampak pada SDM yang mendaftar karena dirasa kurang bergengsi,” ucapnya. Ia berharap forum ini bisa menjadi langkah awal agar Persma di Unpad bisa dipandang sebagai UKM yang prestisius.

Menjadi arus informasi utama di kampus memang tidaklah mudah. Anggapan bahwa hanya BEM lah yang punya kekuatan untuk jadi arus informasi utama memang diakui oleh Faisal, Pemimpin Umum Persma KOPI FEB. “Mahasiswa jadi berpikir: ngapain masuk Persma kalo misalkan BEM saja punya fungsi yang sama?” tutur Faisal yang juga sedang menapaki studinya di jurusan Ekonomi Pembangunan ini. Terkait hal tersebut, Meyta Yosta, Pemimpin Redaksi dJatinangor, mengatakan bahwa perbedaan paling mendasar antara BEM dan Persma ada pada reportasenya. Menurutnya, Persma bisa memanfaatkan celah tersebut dengan membuat liputan yang mengedepankan wawancara, disiplin verifikasi dan validasi data, karena kajian-kajian di BEM misalnya, menurut dia masih banyak melakukan metode kajian dengan hanya menyadur saja.

Masalah lain yang patut diperhatikan pun muncul: tidak semua Persma di Unpad mempunyai pengetahuan yang mumpuni soal kejurnalistikan. “Dari Geocentric sendiri belum tahu terlalu banyak soal jurnalistik sehingga cenderung berdampak pada kualitas SDM dan luas bahasannya sendiri yang kurang,” ujar Ayyasy, Pemimpin Umum Persma Geocentric. Hal ini memang menjadi permasalahan yang wajar mengingat tak semua fakultas punya akses yang sama untuk mempelajari jurnalistik. Berbeda dengan, katakanlah, FIKOM yang jurnalistiknya dipelajari secara keilmuan.

Keresahan lainnya: belum adanya aliansi atau perkumpulan pers di Unpad. Menurut Ananda Bintang, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting mengingat beberapa Persma di Unpad kerap “bergesekan” dengan beberapa lembaga eksekutif seperti BEM, misalnya, apalagi jika Persma tersebut masih berbentuk Badan Semi Otonom (BSO) yang berada di bawah naungan BEM. Natasya Belinda, Pemimpin Umum Persma Genera, mengaku sempat bergesekan dengan lembaga eksekutif fakultasnya karena Persma Genera dianggap “melangkahi” BEM Faperta. Karina Rahma, Pemimpin Redaksi Warta Kema, mengamini bahwa membentuk aliansi merupakan hal yang penting mengingat pengalamannya bergesekan dengan lembaga eksekutif sebelum-sebelumnya.

Urgensi pentingnya membuat aliansi tentu agar seluruh Persma di Unpad khususnya Persma Fakultas dan Universitas, bisa saling menguatkan jika terjadi apa-apa dan bisa saling berkolaborasi jika ingin mengungkap hal-hal yang belum terungkap di Unpad melalui liputan bersama, misalnya mengungkap kasus kekerasan seksual di Unpad dan lain sebagainya. Faris Faza, Pemimpin Umum Persma Vonis, mencotohkan Persma di UIN SGD yang ditekan rektoratnya atas liputan mereka soal kekerasan seksual dan isu UKT sebagai contoh pentingnya membikin aliansi berbarengan ini. Selain itu, aliansi bisa menjadi sarana saling berbagi informasi, pengetahuan, dan skill antar Persma-persma di Unpad agar mempunyai pengetahuan jurnalisik yang merata.

Forum lanjutan Persma-persma di Unpad

“Ada manfaat lain sehingga forum nggak boleh berhenti di sini,” Ucap Ananda Bintang sekaligus menjadi penutupnya di sesi diskusi santai bareng itu. Alasannya tentu tidak ujug-ujug muncul dari ruang kosong, melainkan karena ia beranggapan bahwa Persma-persma di Unpad memiliki beberapa persoalan yang beririsan, setidaknya dari diskusi dan keresahan yang diutarakan setiap Persma.

Ia dan beberapa pengurus Persma lain setuju untuk membuat forum lanjutan dan membentuk suatu grup baru. Sebagai informasi, meski tahun lalu sempat ada grup LPM se-Unpad, namun karena arahnya tidak jelas dan ruang geraknya keburu tergerus pandemi, grup ini pun belum aktif lagi hingga sekarang. Berkaca dari hal tersebut, forum menyetujui pembentukan grup baru ini sebagai upaya agar silaturahmi dan diskusi-diskusi mengenai dunia pers mahasiswa tidak berhenti sampai di forum ini saja. 

Di penutupan, Raihan Yuflih Hasya mengucapkan terima kasih banyak pada Persma-persma di Unpad yang sudah berkenan hadir di forum silaturahmi ini. “Padahal, temen-temen nggak wajib buat ikut, tapi ternyata teman-teman sudah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya, aku ucapkan terima kasih banyak, hehe,” ucapnya sumringah. Ke depannya, ia berharap, karena Pena Budaya hanya sebagai inisiator saja, Persma-persma lain bisa mengadakan forum dan diskusi seperti ini lagi, tentang apa saja.

“Dalam Trias Politika, Jika BEM adalah eksekutif, BPM adalah legislatif, dan MM adalah Yudikatif, maka Pers Mahasiswa melengkapinya sebagai pilar keempat untuk mengontrol dan mengawasi ketiga pilar tersebut.” ucap Faris Faza, Ketua Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Vonis Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran.

Reporter: Raihan Rizkuloh Ganitar Putra
Editor: Fajar Hikmatiar

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran