Apa yang Aku Mau
Bunga di kamarku sudah layu, kapan kamu akan menggantinya?
Hatiku sudah mulai kosong, kapan kamu akan mengisinya?
Tulisanku sudah mulai pudar, kapan kamu akan memberikan tintanya?
Air mataku sudah habis terkuras, kapan kamu akan menghentikannya?
Tapi apa kamu tahu soal yang aku mau?
Aku hanya bisa terdiam
Termangu di tengah malam
Mencoba menerima bahwa kau,
Tak akan pernah paham
Maka, biarlah bunga itu kering,
Biarlah hatiku sunyi,
Biarlah tinta ini habis;
Sebab kau tak perlu mengerti,
Cukup aku saja yang menanggung sepi.
Untaian Detik
Setiap detik aku menunggu kabarmu
Setiap detik aku menunggu sapamu
Setiap detik aku berharap kau melihat ke arahku
Setiap detik aku mengatakan, “Tuhan, kapan ia akan datang padaku?”
Aku ingin waktu berhenti
Tapi ia juga tak mau mengerti
Di sini sepi
Tapi aku tak pernah beranjak pergi
Bumi terus berputar
Seakan tidak memberikan sedikit ruang
Biarlah ia tidak mengerti
Agar aku dikeroyok oleh sepi
Berbagi Perasaan
Kamu tahu? sejak aku menyayangimu,
Aku menjadi manusia tanpa rencana
Aku menjadi penjelajah bumi,
Yang entah kemana aku akan pergi
Aku suka sekali jika kita berbincang
Aku suka sekali jika kita berbagi cerita
Aku suka sekali jika kita berbagi canda
Aku suka sekali jika kita berbagi tawa
Aku suka sekali jika kita berbagi pandang
Aku suka sekali jika kita berbagi rasa
Aku suka sekali jika kita berbagi waktu
Aku suka sekali jika kita saling berbagi
perasaan
Hingga aku tersadar,
Bahwa kamu tidak pernah ada di sini
Bahwa kamu tak pernah mengerti
Bahkan untuk sekedar saling menyayangi
Sepasang Mata
Apa kabarmu?
Sungguh aku rindu
Sepasang mata itu kini menjelma menjadi rindu
Yang membisu
Tapi aku tahu,
Di ujung sana kau berdendang dengan riang
Di ujung sana kau melepaskan tawa kesenangan
Di ujung sana kau teramat tak peduli dengan penderitaan
Tidak, ini bukan salahmu
Ini salahku yang terlalu menggebu
Ini salahku yang terlalu merindu
Dan ini salahku yang tidak bisa membencimu
Purnama yang Kelam
Sang purnama datang
Membawa rembulan yang tampak begitu terang
Aku suka bulan
Walau terkadang ia memberikan kelam
Di sini gelap dan sunyi
Hanya ada aku sendiri
Aku tidak berharap kau datang
Memberikan sedikit terang
Tapi malam itu kau datang
Memberikan seribu bayangan
Seakan kau abadi dalam dekapan
Kenapa?
Kenapa kau datang dan selalu membawa ketidakjelasan?
Yang Tersisa Hanya Aku
Seseorang datang membawa mawar untukku
Ia tampak begitu harum
Begitu indah rupawan
Bagai pujangga tanpa kelam
Mawar itu merah merona
Memberikan percikan asmara
Mengatakan seolah tak apa untukku beranjak pergi
Memberikan ruang bahagia,
Sedemikian rupa
Tapi mataku terus menatapmu
Seolah tidak ada seorang pun disana,
Selain kau dan aku
Tapi apa pernah kau melihatku?
Karena yang tersisa di sini hanya aku