Toxic Productivity: Ketika Produktif Justru Membuatmu Lelah

Indra Kurniawan
284 views
','

' ); } ?>

Toxic productivity adalah istilah yang sudah tidak asing terdengar di telinga masyarakat. Mungkin sebagian besar pelajar dan orang dewasa (seperti pekerja) pernah mengalami toxic productivity. Lantas, apa sebenarnya toxic productivity? Bagaimana tanda-tanda seseorang terkena toxic productivity dan apa saja dampaknya? Yuk, simak!

Toxic productivity merupakan sebuah kondisi ketika seseorang terobsesi untuk terus bekerja atau mengerjakan sesuatu dengan tujuan produktif, meskipun harus mengabaikan kondisi kesehatannya (Dattilo, 2024). Regina, mahasiswa Unpad mengatakan bahwa, “Toxic productivity dapat diartikan sebagai kondisi ketika kita terlalu keras terhadap diri sendiri untuk  melakukan sesuatu agar selalu produktif. Padahal, masih ada waktu lain untuk mengerjakan semua pekerjaan kita.” 

Terlalu keras terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu agar selalu produktif bukanlah hal yang baik. Setiap orang pasti memiliki kapasitas diri yang berbeda-beda untuk produktif. Misalnya, kapasitas diri seseorang hanya 80% untuk produktif, tetapi orang itu memaksimalkannya sampai di angka 100%. Hal seperti itu akan membuat tubuhnya mengalami kelelahan secara fisik serta membuat mentalnya rentan terserang stres.

Lebih lanjut, Dervan, mahasiswa Unpad lainnya berpendapat, “Minat kerja orang yang mengalami toxic productivity itu berlebihan. Mungkin niatnya memang baik untuk mengefektifkan waktu, tapi justru itu bisa nimbulin dampak negatif karena berlebihan. Orang itu jadi ngga peduli sama kesehatannya sendiri.” 

Orang yang mengalami toxic productivity  sudah jelas tidak bisa membiarkan waktunya kosong begitu saja tanpa kegiatan. Harus ada kegiatan yang dilakukan. Seolah-olah berdiam diri merupakan sesuatu yang salah. Kondisi ini seringkali menyebabkan seseorang tidak bisa melakukan self love, seperti yang dikatakan oleh Regina, “Kita jadi ngga bisa melakukan self love, dalam artian kurang bisa memperhatikan diri sendiri, padahal sudah lelah namun kita memaksakan untuk terus bekerja, jadinya kita kekurangan kasih sayang untuk diri sendiri.”

Kurangnya kasih sayang terhadap diri sendiri itu kemudian menjadi akar dari tidak teraturnya pola makan dan pola tidur seseorang. Jam makan yang terabaikan karena ingin terus bekerja dan enggan menunda pekerjaan dapat menimbulkan masalah pencernaan seperti mag. Jam tidur yang tidak cukup dapat mengakibatkan penurunan kesehatan seperti meriang.  

Toxic productivity sudah jelas berbeda dengan kondisi “sibuk”, meskipun kedua hal ini  pada dasarnya menjadi penyebab keproduktifan seseorang. Pada kondisi “sibuk”, seseorang masih bisa meluangkan waktu untuk rehat ketika sudah merasa lelah. Rehat menjadi cara untuk memulihkan energi yang terkuras untuk bekerja atau melakukan sesuatu.

Lantas, hal apa saja yang dapat dilakukan agar terhindar dari toxic productivity? Pertama, manajemen waktu. Manajemen waktu menjadi hal penting yang harus diterapkan oleh siapa pun supaya terhindar dari kondisi produktif yang beracun. Dalam menerapkan manajemen waktu, diperlukan niat dan tekad untuk konsisten menjalankannya. Kita dapat menyusun daftar kegiatan atau to do list untuk mengurutkan kegiatan yang harus dilakukan. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan, pertama, mengurutkan pekerjaan dari yang paling mendesak (urgent) hingga yang kurang mendesak. Kedua, mengerjakan tugas yang paling mudah terlebih dahulu, kemudian berlanjut ke tugas yang lebih sulit. Tetapkan pula jadwal untuk istirahat, makan, dan minum. 

Selain itu, untuk menghindari toxic productivity, kita harus memiliki kesadaran terkait batas kemampuan diri sendiri untuk produktif. Kalau sudah merasa lelah, alangkah baiknya istirahat sejenak, jangan dipaksakan untuk tetap bekerja. Masih ada hari esok untuk melanjutkan pekerjaan kita. Dengan demikian, toxic productivity merupakan kondisi buruk yang dapat menyebabkan  penurunan kesehatan, baik fisik maupun mental. Lakukanlah kegiatan dengan secukupnya dan sewajarnya, sebab  apapun yang berlebihan selalu berujung tidak baik.

Daftar Pustaka

Salamon, Maureen. (2024, 1 Desember). Beyond the grind: Toxic productivity and how it sabotages your well-being.  Harvard Medical School. https://www.health.harvard.edu/mind-and-mood/beyond-the-grind-toxic-productivity-and-how-it-sabotages-your-well-being 

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya