KAFE TUA PELINTAS MASA

Winda Naisya Putri
226 views
','

' ); } ?>

Funiculi Funicula merupakan novel karya seorang penulis yang berasal dari Jepang, yaitu Toshikazu Kawaguchi. Ia pernah menjadi produser, sutradara, dan penulis naskah dalam sebuah grup teater bernama “Sonic Snail”. Tidak bisa diragukan lagi kredibilitas dirinya dalam dunia teater. Maka tidak heran, bahwa Funiculi Funicula merupakan novel yang diadaptasi dari pertunjukan teater garapannya yang memenangkan penghargaan utama dalam Festival Teater Suginami Kesepuluh. 

Novel ini menceritakan sebuah kafe tua yang berada dalam gang sempit di Tokyo, bernama Funiculi Funicula. Walaupun tua dan sempit, kafe tersebut memiliki keajaiban. Sebuah keajaiban yang dapat membawa pengunjungnya untuk menjelajahi waktu. Tentu saja dengan beberapa syara yang ada. Rentetan peraturan dan kesulitan tersebut tak menghentikan orang-orang untuk menjelajahi waktu. Jika kepergian mereka untuk menjelajahi waktu tak mengubah kenyataan sama sekali, layakkah semua itu dijalani? Apa yang sebenarnya mereka cari? Dan apa yang akan terjadi? Jawaban atas pertanyaan tadi akan menjadi alur cerita novel ini. 

Funiculi Funicula berhasil memikat pembaca yang menilai sebuah buku dari sampulnya terlebih dahulu. Sebuah sampul dengan tone khas Jepang dengan tergambarnya kafe Funiculi Funicula yang terletak di lantai bawah tanah di sebuah gang sempit. Ilustrasi ini berhasil merepresentasikan kafe tersebut sebagai elemen penting dalam isi novel.

Ide novel ini sebenarnya sederhana, tetapi menjadi berkesan berkat cara penyampaian Toshikazu. Ia berhasil memvisualisasikan tokoh dan latar dengan rinci, mulai dari rupa fisik hingga detail suasana yang memudahkan pembaca larut dalam “dunia” cerita tersebut. Setiap tokoh utama mendapat porsi perhatian yang seimbang, tanpa ada yang diperlakukan istimewa—dibuktikan dengan penggambaran latar belakang mereka sebelum kisah perjalanan melintasi waktu dimulai.

Secara keseluruhan, isi cerita novel Funiculi Funicula mempunyai kesamaan, yakni soal rasa cinta dan kasih sayang. Namun, dalam novel ini rasa cinta tidak melulu digambarkan oleh hubungan pria dan wanita, tapi lebih dari sekadar itu. Ada kisah rasa sayang kakak kepada adiknya dan rasa cinta seorang ibu pada anaknya. Dengan keunggulan dibagian penyampaian yang detail, perasaan-perasaan semacam itu akan sampai kepada para pembaca. Tidak berlebihan apabila kita menyiapkan tisu sebelum membaca novel ini.

Kalimat “Tidak ada yang sempurna” sepertinya tidak hanya ditujukan kepada manusia, tetapi segala hal, pun termasuk novel ini. Funiculi Funicula merupakan novel fiksi yang mengajak pembacanya melintasi waktu, baik ke masa lalu maupun masa depan, melalui perjalanan tokoh-tokohnya. Premis ini memberi daya tarik tersendiri, terutama bagi pembaca yang menyukai kisah bertema perjalanan waktu. Namun, salah satu kelemahannya terletak pada penempatan latar waktu yang terasa kurang jelas. Alur yang melompat-lompat membuat pembaca harus berusaha sendiri merangkai “benang merah” tiap bagian untuk memahami keterkaitan keseluruhan cerita. Meski begitu, justru tantangan inilah yang dapat menjadi pengalaman membaca yang unik bagi mereka yang menyukai misteri dan interpretasi personal.

Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, novel ini sangat layak untuk direkomendasikan pada khalayak. Ceritanya yang ringan namun berkesan akan sangat jarang ditemukan pada novel-novel lain. Dengan jumlah halaman yang bisa dibilang cukup sedikit, novel ini akan cocok untuk dibaca dalam sekali duduk.

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya