Fenomena Titip Absen (TIPSEN)

Redaksi Pena Budaya
1793 views
','

' ); } ?>
goy

Ilusrator: Natalie A

Mengenal absen lebih jauh dari anak Sekolah Dasar. Apakah kalian masih ingat dengan kejadian beberapa tahun ke belakang, ketika guru mengabsen satu per satu muridnya dengan cara mendiktekan? Sebagian orang pasti pernah mengalami kejadian ini. Berbicara mengenai hal ini, sebenarnya seberapa besarkah peranan absen atau kehadiran bagi siswa sekolah? Jawabannya adalah penting tapi tidak sepenting UTS dan UAS karena absen mempunyai bobot 20%. Sayangnya, absen di kalangan mahasiswa melahirkan suatu fenomena baru yang berbeda dengan siswa Sekolah Dasar. Fenomena tersebut sering disebut dengan fenomena titip absen (Tipsen). Kata Tipsen kedengarannya lucu ya? Sudah seperti orang menitip barang, sayangnya, Tipsen disini bermaksud menitip jasa untuk berbohong.

Fenomena Tipsen ini seakan menjadi budaya bagi mahasiswa yang malas untuk menghadiri perkuliahan. Ada banyak sekali penyakit Tipsen ini yang mewabah di kalangan mahasiswa. Alasannya bermacam-macam, ada yang beralasan karena kesiangan, malas, dan lain-lain. Dari banyaknya alasan tersebut, muncullah ide untuk Tipsen. Tanpa harus menghadiri perkuliahan, dia tetap dianggap hadir oleh dosennya, karena di daftar hadir sudah ada tanda tangan orang yang bersangkutan.  Seringkali Tipsen menjadi salah satu “politik balas budi”, misalnya si A pernah meminta tolong pada si B agar daftar hadirnya ditandatangani, karena si A pernah minta tolong Tipsen pada si B maka suatu saat si B tidak bisa hadir dan meminta pada si A agar daftar hadirnya ditandatangani dengan dalih balas budi. Selain politik balas budi, ada beberapa hal lain pula yang mendorong mahasiswa untuk tipsen.

Beberapa mahasiswa yang sering Tipsen menganggap bahwa perilaku tersebut sah-sah saja dilakukan. Mereka berpendapat bahwa perilaku tersebut tidak merugikan pihak manapun dan selama perilaku tersebut tidak diketahui oleh dosen, maka semua akan baik-baik saja dan tidak akan ada masalah. Sungguh ironis melihat fenomena-fenomena seperti ini, dan lebih parahnya lagi, perilaku tidak terpuji tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa yang seharusnya sudah mampu menerapkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran meskipun dalam hal-hal kecil.

Alangkah baiknya bila setiap mahasiswa sadar akan budaya Tipsen yang salah, karena Tipsen merupakan kecurangan yang merugikan diri sendiri serta orang lain. Kerugian bagi diri sendiri adalah tidak tahu tentang materi mata kuliah yang dosen sampaikan di kelas dan kerugian bagi orang lain adalah “Enak di kamu gak enak di aku”. Bagi dosen, sebaiknya lebih memperhatikan kehadiran mahasiswa dalam kelas dengan cara mengabsennya satu persatu, sehingga akan diketahui mana yang hadir dan mana yang tidak dan perlu diketahui bahwa Tipsen adalah gejala KORUPSI DINI. (Siti Karimah)

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran