Saat malam mengantarkan tidur
Mimpi hadir di setiap benak
Mimpi indah diingat
Mimpi buruk dihapus
Sebuah tanda tangan seorang penguasa kadang bisa mengantarkanmu pada mimpi indah
Pada mimpi-mimpi yang tinggi
Pada pendidikan yang layak digapai sampai ke seberang benua
Pada kesehatan yang menjalar di setiap jiwa raga
Tapi, penguasamu itu lebih memilih menghancurkan mimpi
Merenggut nyawa yang bersuara atas mimpi yang tak kunjung datang
Melenyapkan jejak orang-orang yang mencoba meraih mimpi
Menghancurkan setiap mimpi manusia yang berdiri di tanah ini
Luka dan Suara
Mata ditutup
mulut dibungkam
HAM—
Ia adalah cahaya
yang tak boleh dipadamkan
Tubuh berlumuran darah
yang tersisa hanya amarah
Tubuh yang kering kerontang
bak kekuasaan yang meradang
Kami ada,
Kami manusia,
Kami hanya ingin berbicara
bukan dibungkam secara paksa
Ibu yang Bersedih
Tanah menjadi saksi bisu
Atas setiap nyawa yang pergi tanpa pamit
Tak berpamitan karena seorang anak menganggap ia akan kembali
Memeluk ibunya yang sedang memasak hidangan
Ibu menunggu di setiap malam yang sepi
Menanti sang anak datang
Suatu hari, ibu menyerah menunggu sang anak
Beralih menunggu keadilan
Yang juga tak kunjung datang padanya
di kehidupan yang lain
di kehidupan yang lain, kau dan aku bahagia tinggal di sini
hidup dengan seorang tetangga cerdas yang tak dirampas hak hidupnya
menemukan kabar bahagia dibanding berita kekerasan aparat
menemukan suka cita kelahiran dibanding kematian seseorang yang mencari keadilan
di kehidupan yang lain, penguasa tanah ini memikirkan hidup kita
tak menutup telinga, mata, dan hidung terhadap nasib kita
menghargai setiap yang hidup, yang selalu ditunggu kehadirannya ketika makan malam sudah siap
menyayangi semua rakyat seperti kau menyayangiku
tapi, ya,
di kehidupan yang lain
Kumpulan Puisi Oleh Nazwa Sakha Sabita & Reza Madiva Putri