Red (Taylor’s Version): Dari ‘Raib’ Hingga Lahir Kembali untuk Terbang Tinggi

Zahra Aulia
666 views

Pada 12 November lalu, Taylor Swift merilis album barunya yang bertajuk Red (Taylor’s Version). Bahkan, salah satu lagu dari album berisikan 30 lagu tersebut, yang berjudul All Too Well (10 minutes version), sukses menempati tempat pertama di Billboard 100 Chart. Bukan Taylor Swift namanya kalau tidak menggemparkan dunia permusikan

Namun, bukan berarti album yang satu ini benar-benar ‘baru’. Kenyataannya, album ini pernah dirilis pada tahun 2012, dengan tajuk Red. Red (Taylor’s Version) yang baru saja dirilis adalah kumpulan lagu dari album lamanya dengan tambahan enam lagu yang belum pernah dirilis secara resmi oleh penyanyi kelahiran 1989 ini.

Lantas, mengapa Taylor Swift merilis kembali album-album lamanya? 

Hal ini bermula pada tahun 2019, di mana Swift memutuskan untuk hengkang dari perusahaan rekamannya, Big Machine Records. Karena ikatan kontrak yang terjalin antara Swift dengan Big Machine, akhirnya kepemilikan musik lama miliknya pun jatuh ke dalam genggaman perusahaan, yang kemudian dijual ke tangan Scooter Braun, seorang pendiri perusahaan musik asal Amerika Serikat. 

Swift sendiri sudah mencoba untuk membeli musik-musik lamanya, tetapi ia tidak diberikan kesempatan. 

“Ada suatu hal yang terjadi bertahun-tahun yang lalu dimana aku menyatakan dengan jelas bahwa aku ingin bisa membeli musikku. Namun, kesempatan itu tidak diberikan padaku dan musikku dijual kepada orang lain,” Swift berkata pada wawancaranya bersama Seth Meyers pada 12 November 2021 lalu. 

Inilah yang membuatnya merasa harus merilis ulang musik-musik lamanya, untuk menunjukkan kepemilikannya pada musik yang telah dibuatnya selama bertahun-tahun lamanya.

Meski alasan di balik pembuatan ulang musik lamanya sudah jelas, namun bagi sebagian orang, hal ini tidak menghalangi mereka untuk melontarkan kritik pedas pada Taylor Swift. Seperti yang banyak orang ketahui, Taylor Swift dikenal sebagai penulis lagu yang kerap menulis tentang perasaannya, juga hubungan asmaranya dengan beberapa publik figur terkenal. 

Seperti pada lagu All Too Well, yang diduga kuat menceritakan kisah asmaranya dengan aktor kenamaan Jake Gyllenhaal. Lagu yang digadang-gadang sebagai ‘fandom’s favorite’ ini memang menceritakan kisah asmara yang kalau tidak menyedihkan, mengenaskan. Hal ini membuat banyak sekali fans dan khalayak umum merundung Jake Gyllenhaal di media sosial. Ditambah dengan diluncurkannya film pendek dari lagu ini, semakin menambah kesan buruk untuk aktor yang kini berusia 40 tahun tersebut.

Masalah perbedaan umur kedua publik figur ini, hingga syal milik Swift yang dipercaya masih Gyllenhaal simpan pun kembali menjadi bahasan panas. Film pendek itu pun seakan mengungkapkan lebih banyak detail dan bagaimana sikap Gyllenhaal dalam hubungan keduanya, membuat aktor ini semakin menjadi public enemy

//You kept me like a secret, but I kept you like an oath//. Lirik inilah yang dijadikan indikator utama oleh fans untuk menyerang Gyllenhaal secara online. Padahal jika dipikirkan kembali, hubungan antara kedua artis ini sudah berakhir hampir satu dekade yang lalu. Swift dituduh kembali menyulut api dan sengaja menjatuhkan mantan kekasihnya itu. 

Detail lainnya yaitu terdapat dalam lirik //but you kept my old scarf from the very first week// cause it reminds you of innocence and it smells like me//. Lirik ini merupakan referensi dari syal yang pernah dikenakan Swift dan kemudian dikenakan oleh Gyllenhaal tak lama setelah keduanya berpisah.

Namun, Swift menegaskan bahwa dia merekam ulang album lamanya hanya untuk dirinya sendiri dan fans, bukan sebagai sindiran bagi mantan-mantannya di masa lalu. 

Terlepas dari semua itu, Red (Taylor’s Version) tetaplah sebuah album yang patut diacungi jempol baik dari lirik, produksi, hingga temanya yang benar-benar bernuansa warna merah. Para fans, baik lama maupun baru, juga para penikmat musik sangat antusias dalam menantikan album ini. Hasil yang mereka dapatkan pun, dapat dilihat sendiri, tidak mengecewakan!

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran