“Plastik Kita” Menuntun Manusia untuk Bersyukur

Shafira Aziza Rahmani
2355 views

Masih dibaluti oleh melodi-melodi khasnya yang cantik, Band Sore kembali melahirkan lagu dengan makna yang sangat indah dan mendalam, yaitu “Plastik Kita”. Dirilis pada tahun 2015 silam, lagu ini hadir melengkapi deretan lagu lainnya dalam album Los Skut Leboys

Perilisan album Los Skut Leboys ini dibarengi dengan rilisnya video klip dari tiga lagu dalam waktu yang bersamaan, yaitu lagu “Plastik Kita” itu sendri, “I Never Knew You In Wonderland”, dan “Tatap Berkalam”. Alasan di balik mengapa Sore meluncurkan sekaligus tiga video musiknya itu diawali dari pemikiran sang gitaris, Ade Paloh. Menurutnya, warna dan tema musik dari ketiga lagu tersebut pantas untuk disandingkan bersama. 

“Warna dan kemasan musiknya yang kuat ke akar jiwa SORE, begitupun dengan lakon nasib di dalamnya yang senantiasa kami coba tuju,” jelasnya dalam wawancara JawaPos.com.

Menelisik lebih jauh tentang lagu “Plastik Kita”, Band Indie asal Jakarta ini mengemas pemaknaan lagu tersebut dengan sangat rapi, membuat siapapun yang mendengarnya akan terbawa lebih jauh untuk menyusuri maksud dari setiap butir lirik yang mengalir di dalamnya. 

Judul yang unik ini diambil dari idiom Amerika, “if you’re being fake, you’re being plastic”. Menjelaskan tentang manusia yang harus menghindari kepalsuan dalam hidupnya. Jalani hidup dengan apa adanya, terima takdir apapun dari Tuhan. Pada intinya makna dari judul ini adalah sebuah pertanyaan, “Kita ini plastik atau bukan?”.

Secara garis besar setiap bait lagu ini menceritakan tentang kita yang hidup bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui arti, tujuan, dan hakikat dari kehidupan yang fana ini.

Tiadakah puas yang bersandar

Yang menjulang pada nikmat

Yang telah diberikan-Nya

Di mana batas kehausan?

Ditegaskan pada bait kedua, rangkaian kata tersebut seakan menyindir manusia yang seringkali kurang akan rasa syukur kepada Tuhan. Mereka terlalu disibukkan untuk mengejar hal duniawi semata, selalu merasa kurang dalam berbagai hal, dan penuh dengan keluh kesah. Harusnya mereka berpikir, sudah berapa banyak nikmat yang diberikan oleh Sang Kuasa kepada kita? Kita lebih sering mengeluh daripada mengingat dan lebih sering berpaling daripada bersujud kepada-Nya.

Berpindah ke video musiknya, Sore masih membumbui rangkain isi video tersebut dengan makna-makna yang terselubung. Video musiknya menggambarkan sosok manusia yang diperankan oleh seorang anak lelaki yang berpakaian rapi, menggendong tas, dan membawa bekal makanan, yang semua itu disiapkan oleh orangtuanya. Adegan ini bagaikan manusia yang segala sesuatunya sudah diberikan oleh Tuhan. 

Adegan berikutnya anak itu merasa kesepian dan berusaha untuk mencari kepuasan. Dengan tatapan yang kosong ia duduk di bangku permainan rollercoaster, hingga tak lama ada seorang perempuan yang bisa diibaratkan sebagai “nafsu” tengah mengikutinya. Hingga akhirnya anak lelaki ini bercengkrama bersama sambil menikmati roti yang diberikan si anak perempuan itu. Setelah memakannya sedikit, anak lelaki tersebut memuntahkannya. Hal ini bisa diartikan bahwa terkadang kita tidak puas dengan apa yang sudah Tuhan siapkan untuk kita. Kita lebih memilih terus mengikuti nafsu duniawi yang terlihat indah, baik, dan benar, padahal semua itu hanyalah ilusi. Kita hanya tergiur dengan nafsu di awal, kemudian terjebak dengan kepahitan yang sebenarnya.

Lagu “Plastik Kita” menjadi salah satu lagu favorit saya. Lagu ini sangat cocok menemani secangkir kopi hangat sambil meratapi persoalan kehidupan yang dianggap rumit ini. Setiap mendengarnya, saya seakan terhipnotis dan langsung bercermin diri, merenungkan tentang pentingnya bersyukur dalam segala keadaan.

Namun, di samping itu ada sedikit rasa kecewa saat salah seorang anggotanya terpaksa untuk mengundurkan diri. Ada euforia yang berbeda kala mendengar lagu-lagunya lagi, terlebih hal ini pasti juga dirasakan oleh penggemar Sore lainnya. Meskipun demikian, hal ini tak menghilangkan ciri khas dari setiap lagu Sore yang selalu menghangatkan setiap pendengarnya.

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran