Mengenal Kista Ovarium

Nada Afifah Ramadhanti
930 views

Pena Budaya– Pada Sabtu 8 Mei 2021, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran mengadakan webinar berjudul Aware of Ovaries Troubles (AOT) yang membahas seputar kista ovarium. Kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Pada acara webinar tersebut dihadirkan tiga narasumber dalam penyampaian materi, yaitu Salwa Mawaddah (Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad), Khadijah Fatiya (Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad), dan Aulia Amirah seorang pejuang penderita PCOS.

Sekitar 37,2% perempuan di Indonesia menderita kista ovarium pada rentang usia 20-50 tahun. Sebanyak 23.400 perempuan di Indonesia menderita kista ovarium dan 13.900 meninggal diakibatkan kista ovarium stadium lanjut.

Pada penyampaian materi pertama, Salwa Mawaddah menjelaskan mengenai kista ovarium, yakni kantung berisi cairan yang berkembang di ovarium atau di permukaannya, dapat bersifat sederhana maupun kompleks (Mobeen & Apostol, 2020).

Kista ovarium memiliki beberapa jenis, diantaranya yaitu kista fungsional merupakan kista ovarium yang paling umum terjadi pada perempuan dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Kista ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam 6-8 minggu.

Lalu ada kista neoplasti merupakan kista yang muncul dari pertumbuhan sel yang tidak biasa di dalam ovarium, biasanya dapat bersifat jinak maupun ganas.

Gejala-gejala kista ovarium yang paling umum terjadi yaitu nyeri panggul dan kram berlebih, menstruasi berat dan tidak teratur, nyeri buang air kecil dan sembelit, perut bengkak dan perasaan kenyang tertekan. Kista ovarium tersebut dapat menyebabkan faktor resiko dalam masalah hormonal, riwayat kista, kehamilan, infeksi, gaya hidup, dan endometriosis. Selain itu, komplikasi yang mungkin muncul yaitu pendarahan ke dalam kista, torsio (putaran tangkai), infeksi pada tumor, robek dinding kista, dan adanya perubahan keganasan.

“Cairan yang terdapat pada kista bermacam-macam, ada yang berisi cairan tubuh, darah, nanah, kolagen, dan lain-lainya. Bergantung pada jenis kista yang diderita.” Ujar Salwa.

Tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu dengan cara observasi, laparatomi (pembedahan), pengangkatan ovarium, dan penggunaan obat sesuai resep dokter. Sementara itu, pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan jika ada nyeri tumpul, pemeriksaan secara teratur, melakukan pemeriksaan jika siklus menstruasi tidak teratur, dan menerapkan gaya hidup yang sehat.

Manajemen hidup sehat untuk kista ovarium juga penting dilakukan dengan cara diet rendah kalori tinggi protein, konsumsi makanan tinggi serat, mengurangi konsumsi makanan berlemak, mengurangi konsumsi daging merah, menghindari makanan cepat saji, menghindari merokok dan konsumsi alkohol, olahraga rutin minimal 1x per minggu minimal 30 menit, memanajemen stres yang baik.

Mitos yang biasanya sering terjadi pada penderita kista ovarium yaitu pil KB tidak membantu, dapat menyebabkan kemandulan, hanya terjadi pada wanita menopause, dan memerlukan prosedur pembedahan.

Pada penyampaian materi kedua, Khadijah Fatiya menjelaskan tentang PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome). PCOS merupakan sindrom atau sekelompok gejala yang memengaruhi ovarium dan ovulasi (masa suburnya wanita ketika sel telur mampu menampung sel sperma). Ovarium yang normal berbentuk bulat kuning, sedangakan ovarium yang abnormal (PCOS) berbentuk bulat merah. Perbedaannya terjadi pada kematangan sel telur yang dihasilkan.

Faktor penyebab PCOS yaitu tingginya hormon laki-laki, resistensi insulin, genetik, dan peradangan tingkat rendah. Sementara itu, tanda dan gejala PCOS yaitu menstruasi tidak teratur, kadar androgen berlebih, ovarium polikistik (ovarium mengalami pembesaran), pendarahan hebat, kulit menjadi gelap, sakit kepala, dan orang dengan obesitas.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat PCOS yaitu dapat bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Pada jangka panjang dapat menyebabkan kemandulan dan komplikasi kehamilan, sedangkan pada jangka pendek dapat menyebabkan resiko penyakit, berat badan berlebih, dan bahkan penyakit kanker.

Selain itu, dapat juga menyebabkan peradangan hati yang parah, diabetes saat kehamilan dan tekanan darah tinggi saat masa kehamilan, sleep apneu (pernafasaan seseorang berhenti ketika tidur), diabetes tipe 2 atau pradiabetes, pendarahan rahim abnormal, keguguran atau kelahiran prematur, depresi, kecemasan, dan gangguan makan.

Langkah pencegahan PCOS yang dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola hidup yang baik, menjaga berat badan ideal dengan diet rendah gula, dan perbanyak aktivitas olahraga. Tindak lanjut PCOS yang dapat dilakukan yaitu perubahan gaya hidup dan penggunaan obat-obatan tertentu sesuai resep dokter.

Kemudian narasumber ketiga, Aulia Amirah selaku pejuang penderita PCOS membagikan pengalamannya melalui sesi sharing kepada peserta werbinar.

Pelaksanaan webinar ini penting sekali bagi perempuan khususnya yang menderita kista ovarium atau PCOS untuk memiliki pikiran yang positif agar terhindar dari rasa stres yang dapat mengganggu hormon.

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments
Nurfa

Keren😍

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran