DANUR: POTENSI YANG DISIA-SIAKAN

Redaksi Pena Budaya
651 views

Gambar: https://sgimage.detik.net.id/community/media/visual/2017/03/08/1a38abfe-7560-4a24-b0f3-8f2e0fda91a3_169.jpg?w=650

 

Film Danur adalah salah satu film yang paling banyak ditonton pada bulan ini. Sebuah film bergenre horor yang diadaptasi dari novel yang berjudul Gerbang Dialog Danur karya Risa Sarasvati ini bahkan pada tanggal 6 April 2017 lalu mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai film horor dengan penonton terbanyak setelah pemutarannya di bioskop selama satu minggu.

Film ini bercerita tentang seorang anak yang memiliki kelebihan melihat hantu bernama Risa (Asha Kenyeri Bermudez). Pada ulang tahunnya yang ke delapan ia mendapatkan tiga teman hantu yang telah lama menghuni rumah neneknya. Pada suatu hari ia melihat wujud asli teman-temannya dan sejak saat itu ia tidak bertemu lagi dengan mereka. Delapan tahun berlalu, Risa dewasa (Prilly Latuconsina) kembali ke rumah neneknya bersama Riri (Sandrinna Michelle Skornicki) adiknya. Awalnya semua baik-baik saja sampai muncul sosok pengasuh misterius bernama Asih (Shareefa Danish). Siapa yang menduga bahwa Asih ternyata merupakan sosok hantu yang ingin mengambil Riri. Akhirnya Risa kembali memanggil teman-teman kecilnya dengan menyanyikan lagu Boneka Abdi yang sering dinyanyikannya bersama teman-temannya. Risa harus pergi ke dunia para arwah untuk menyelamatkan Riri.

Pada adegan awal film ini, nuansa seram sudah muncul dari desain rumah dan pencahayaan. Rumah yang sepi dengan berbagai pajangan antik seperti patung dan jam kuno cukup membuat merinding. Selain itu awal kemunculan teman-teman Risa juga membuat bulu kuduk berdiri. Namun setelah itu tidak ada lagi hal yang menakutkan. Selain itu kejanggalan sudah muncul di adegan awal, yaitu lantunan lagu Boneka Abdi yang salah pada dialeknya. Dimana kata “ayeuna” diucapkan menjadi ”ayéna”. Hal itu akan terdengar aneh di telinga masyarakat Sunda. Lagu Boneka Abdi adalah lagu anak-anak masyarakat Sunda yang kataanya sering dinyanyikan Risa bersama teman-temannya.

Film Danur juga seharusnya memiliki daya tarik keseraman yang kuat karena diangkat dari novel yang katanya merupakan kisah nyata penulisnya. Namun film ini lebih banyak mengundang tawa penonton daripada rasa takut. Sungguh terlihat sekali kegagalannya jika film horor malah membuat penontonnya tertawa. Penampakan hantu Asih dan efek kejut yang dinilai terlalu sering dan tidak tepat penempatannya membuat aura seram yang dibangun menguap begitu saja. Padahal hantu Asih yang diperankan oleh Shareefa Danish memiliki potensi yang kuat sebagai hantu yang menyeramkan. Tapi hal itu disia-siakan begitu saja. Bahkan banyak penggemar novelnya yang merasa kecewa dengan film yang sangat jauh berbeda. Mereka berharap mendapatkan kejelasan tentang sosok sahabat-sahabat Risa yang sudah membuat penasaran di novelnya. Namun di film Danur kemunculan sahabat-sahabat Risa sangat sedikit.

Awi Suryadi selaku sutradara seperti menyia-nyiakan keberadaan teman-teman Risa yang menjadi daya tarik dari film ini. Mereka seperti menjadi pemeran tambahan yang tidak banyak dibutuhkan kehadirannya dalam cerita. Padahal jika diperankan lebih banyak, dapat menjadi keunikan film Danur. Karena dalam novelnya pun justru mereka yang membuat menarik. Selain itu karakter tokoh utama tidak terlalu dimunculkan. Hubungan antara kakak beradik Risa dan Riri tidak jelas. seperti yang tadi dijelaskan bahwa film ini lebih banyak menampilkan efek kejut daripada karakter tokoh dan penjelasannya. Hal itu membuat penonton lebih memikirkan hal mengejutkan apalagi yang akan terjadi selanjutnya daripada nasib tokoh utama.

Pada bagian klimaks, sutradara seperti kehilangan ide dan mengambil jalan pintas dengan mengambil adegan yang mirip dengan film Insidious. Hal itu membuat ending film ini menjadi sangat dipaksakan.

Meskipun banyak hal yang mengecewakan dari film Danur, setidaknya film ini tidak termasuk ke dalam film horor buruk yang banyak menampilkan adegan tidak pantas. Film ini digarap dengan sungguh-sungguh oleh Awi. Hanya saja banyak potensi besar yang dapat membuat film ini menarik, malah disia-siakan. (AR)

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran