Antara Shokudou, Kansas, dan Atep: Jadi, Pilih yang Mana?

Tatiana Ramadhina
1682 views

“FIB enak ya kantinnya banyak”

“FIB kantinnya bagus-bagus deh”

“Ngiri ih sama kantin FIB”

Kira-kira tiga komentar itu sering saya dengar dari anak-anak fakultas lain ketika sedang membicarakan kantin di FIB. Kantin di fakultas ini memang seakan punya daya tarik tersendiri sehingga bisa memikat banyak mahasiswa. Gara-gara pamornya yang menjulang, saya jadi seringkali berpikir, memangnya benar-benar se-superior itukah kantin FIB? Padahal, bagi saya sendiri sebenarnya kantin-kantinnya ya nggak jauh beda sama kantin mahasiswa lain. Asli.

Tapi sebelum berkomentar lebih jauh, pertama-tama saya pingin membicarakan secara umum terlebih dulu tentang kantin apa saja yang ada di FIB. Siapa tahu masih ada yang belum kenal kan (Meskipun sudah terkenal tetap harus membumi dong, hiyaaa).

Mahasiswa FIB Unpad diberkati dengan keberadaan tiga kantin di fakultas mereka. Yang pertama ada Shokudou, atau biasa juga disebut dengan Kantin Jepang. Kalau kamu lantas girang karena berpikiran semua yang dijual di sini bernuansa Jepang, kayak ramen, sushi, takoyaki, atau mungkin wagyu (oke ini halu), saya hanya akan merespons dengan kata “aamiin”, hehe.

Selain itu, kantin yang kedua adalah Kansas, yang merupakan kependekan dari Kantin Sastra. Walaupun namanya bawa-bawa sastra, yang dijual di sini bukan puisi, prosa, atau semacamnya, yha.

Nah, kantin yang terakhir yaitu Atep. Sebenarnya, nama asli dari kantin ini adalah Pakilun (Pedagang Kaki Lima Unpad). Para mahasiswa menyebutnya dengan Atep karena kantin ini adalah tempat Atep berjualan. Iya, Atep adalah nama salah satu penjual di Pakilun yang begitu terkenal seantero FIB, bahkan sampai lintas generasi. Ibaratnya nih, nggak bakal ada orang yang bisa ngalahin ketenaran Atep di FIB. Ketenaran dekan saja dijamin kalah.

Nah, kalau diminta untuk memilih antara ketiga kantin tersebut, saya nggak akan bisa dan nggak mau juga. Bukan karena mereka semua bagus hingga saya nggak bisa milih salah satu, justru karena ketiga kantin tersebut nggak ada yang benar-benar superior, sama-sama ada kurangnya.

Saya akan memilih salah satu dari ketiga kantin tersebut di setiap keadaan yang berbeda-beda. Pas saya pingin praktis dan nggak mau jalan jauh-jauh buat beli camilan atau minum, Kansas pasti jadi pilihan pertama. Secara lokasi, Kansas memiliki posisi yang sangat strategis. Sudah berada paling dekat dengan gerbang utama, pun nggak jauh dengan Gedung B dan C. Apalagi ditambah dengan lokasi Bangbir (bangku biru) tempat mahasiswa santai-santai yang persis terletak di samping Kansas. Kebetulan saya sering mendapatkan kelas di Gedung B dan C, jadi kalau mau jajan sedikit bisa langsung cus ke Kansas. Tentunya ini terjadi sebelum pandemi melanda ya, sekarang sih jangan harap.

Hanya saja, kalau untuk nongkrong dan berdiam selama beberapa lama, entah kenapa saya dan teman-teman akan selalu memilih di antara Shokudou atau Atep, bukan Kansas. Lokasi kedua kantin tersebut memang tidak sedekat Kansas. Shokudou berada lebih ke tengah, di area Pusat Bahasa Jepang. Sementara Atep meskipun terletak di belakang Gedung C, tapi ia juga ada di paling pinggir, pun persis berbatasan dengan fakultas sebelah. Namun, kedua kantin ini termasuk lumayan oke dalam hal makanannya.

Shokudou memiliki variasi makanan yang cukup beragam, jadi walaupun dalam seminggu bisa beberapa kali ke sana, nggak bakal bikin cepat bosan. Apalagi kita bisa memilih mau membeli makanan yang prasmanan atau yang harus pesan dulu. Tapi saran saya, kalau kamu sudah kelaparan jangan coba-coba membeli makanan yang harus dibuat lebih dulu. Terlebih kalau suasana kantin lagi ramai-ramainya.  

Kalau tetap keukeuh, lebih baik kamu banyak-banyak berdoa saja, deh. Karena sekalinya lama, dijamin nggak akan nanggung-nanggung. Jadi, definisi berdiam beberapa lama di Shokudou itu bisa berarti kamu dan teman-teman memang pingin santai di sana, bisa juga berarti waktu kamu banyak terpakai karena menunggu pesanan datang.

Berbeda dengan Atep, walaupun variasi makanan mereka nggak begitu banyak (karena tempatnya juga sempit), tapi soal rasa mereka cukup mantap. Terlebih untuk Batagor dan Mie Ayamnya. Selagi nongkrong di sana, kamu bisa sekalian ngelihatin anak-anak fakultas lain yang juga jajan di Atep. Lokasi kantin ini yang persis berada di perbatasan FIB dan FH membuat banyak mahasiswa fakultas lain memilih untuk makan di sini.

Selain itu, karena memang Atep berbentuk seperti kaki lima, suasana nongkrong dan kehangatan (cailah) antar mahasiswa, juga dengan penjual seakan benar-benar terlihat dan terasa pula. Tentu akan ada saja yang menganggap bahwa tampilan Atep yang seperti itu nggak “cantik”, sangat apa adanya, dan cenderung kotor, tapi kantin ini punya daya tariknya tersendiri. Walaupun bukan berarti keadaan seperti itu bisa terus-terusan ditelantarkan juga, sih. Mengagungkan kesederhanaan seharusnya tidak disamakan dengan mengabaikan ‘kekurangan’. Setidaknya pemeliharaan secara berkala tentu akan selalu diperlukan.

Jika berbicara lebih lanjut perihal tampilan, saya bisa bilang Shokudoulah yang unggul dalam hal ini. Dengan gaya bangunan yang bernuansa Jepang banget, Shokudou memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan kantin-kantin lainnya. Sehingga, beberapa spot di daerah kantin ini terbilang cukup instagram-able. Jadi nongkrong dengan teman-teman iya, foto-foto pun iya.

Hal ini berbeda dengan Kansas yang menurut saya pribadi, terlihat suram. Saya nggak terlalu paham apakah ini disebabkan oleh faktor kurangnya penerangan atau mungkin masalah lain. Tapi yang jelas, hal tersebut sempat membuat saya ragu untuk jajan di Kansas pada awalnya. Bahkan untuk persoalan kantin pun, penampilan juga menjadi hal yang penting. Sebab ia juga bisa menjadi penentu apakah orang akan banyak tertarik buat ke sana atau nggak. Meski pada akhirnya, rasa tetap menjadi penentu yang utama. Namun, terlepas dari itu semua, ketiga kantin ini tetap merupakan kebanggaan Fakultas Ilmu Budaya Unpad untuk sekarang, dan juga seterusnya! (nggak jaminan sih, tapi ya sudah aminkan saja).

guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran