Di UKM Universitas saya sama sekali tak mengalami masalah yang mengganggu. Di fakultas, mulai saya bertanya-tanya, apakah FIB ini adalah tempat yang tepat untuk atlet …
Saya membayangkan bahwa Godot adalah sebuah negara. Mengapa?
Di UKM Universitas saya sama sekali tak mengalami masalah yang mengganggu. Di fakultas, mulai saya bertanya-tanya, apakah FIB ini adalah tempat yang tepat untuk atlet (seperti saya)?
BEM Gama FIB Unpad melalui Departemen Kajian dan Aksi Strategis mengadakan diskusi pertama yang mengangkat tema “Demokrasi di Media Digital”.
Artikel ini ditulis untuk menanggapi tulisan tentang angkatan saya yang menurut saya keliru dan berhak saya benarkan menurut pandangan saya.
Saya mengerti, tidak kebagian tempat dan diburu pertanyaan kapan lulus adalah suatu hal yang begitu menyebalkan. Tapi, mendasarkan argumen pada “nilai senioritas” , merasa paling berhak dan harus diprioritaskan hanya karena “paling dulu masuk kampus” adalah suatu nilai kesia-siaan yang tak perlu “dijual” dan dilontarkan.
Apakah benar revisi yang dilakukan pemerintah akan membuat kita bebas mengkritik pemerintah atau justru malah semakin membuat kita mudah terjerat ke dalam jebakan UU ITE?
Di UKM Universitas saya sama sekali tak mengalami masalah yang mengganggu. Di fakultas, mulai saya bertanya-tanya, apakah FIB ini adalah tempat yang tepat untuk atlet …
BEM Gama FIB Unpad melalui Departemen Kajian dan Aksi Strategis mengadakan diskusi pertama yang mengangkat tema “Demokrasi di Media Digital”.
[Resensi: Menunggu Godot, Membayangkan Sosok Godot Sebagai Metafora Sebuah Negara]
Menunggu adalah aktivitas yang pasti untuk hal yang tidak pasti. Seperti dalam manuskrip teks "En attendant Godot" karya Samuel Beckett, ada hal absurd yang sering dilakukan manusia dalam menunggu. "Bermain-main" dalam sebuah penantian, misalnya.
Menurut penulis, negara sama halnya seperti tokoh Godot yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Katakanlah tokoh Didi dan Gogo adalah rakyat, yang menanti kedatangan negara saat mereka membutuhkan campur tangan negara. Mereka tidak mengenal Godot, tetapi mereka tetap menunggunya. Keadaan menunggu ini terus menerus berulang dan berputar.
Baca resensi lengkap oleh Raihan Robby (@raihanrby) di www.penabudaya.com atau klik tautan di bio!
Inspirasi Budaya Padjadjaran
#DekadeBaruWarnaBaru
#ResensiPenbud …
[Sudut Pandang: Fakultas Ilmu Budaya Bukanlah Tempat yang Tepat Bagi Atlet, Benar atau Salah?]
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dikenal dengan fakultas yang "nyastra". Hanya segelintir mahasiswa saja yang merupakan seorang atlet. Di FIB, kebanyakan mahasiswa adalah seniman. Mulai dari sutradara, aktor, penyanyi, penyair, penulis, jurnalis, dan sebagainya. Sebagai mahasiswa berjiwa olahraga, penulis sempat merasa bahwa FIB bukanlah fakultas yang tepat karena tidak memiliki sirkel yang sevisi.
Baca sudut pandang oleh M. Averyl Aziz (@averyl_aziz) di www.penabudaya.com atau klik tautan di bio!
*Rubrik Sudut Pandang merupakan tempat Pena Budaya mewadahi masyarakat umum mengeluarkan gagasan pribadinya. Baca ketentuan tulisan di web kami lalu kirim tulisanmu ke e-mail redaksi@penabudaya.com jika kamu merasa opinimu harus diketahui umum!
Ilustrator: Nur Ahmad Hafidh
Inspirasi Budaya Padjadjaran
#DekadeBaruWarnaBaru
#SudutPandangPenbud …
[Pena Pedia: Hard News dan Soft News]
Halo, sobat Penbud!
Dalam dunia kepenulisan jurnalistik, kita sering mendengar istilah hard news dan soft news. Kedua hal tersebut tentunya memiliki ciri khasnya masing-masing. Lalu, apa sih yang membedakannya?
Simak penjelasan singkat Hard News dan Soft News di Pena Pedia.
Inspirasi Budaya Padjadjaran
#DekadeBaruWarnaBaru
#PenaPediaPenbud …